Nasional

Gus Yahya Ingin Nahdliyin Pede Bangun Kemandirian dan Perdamaian Dunia

Sab, 15 Januari 2022 | 14:00 WIB

Gus Yahya Ingin Nahdliyin Pede Bangun Kemandirian dan Perdamaian Dunia

Ketum PBNU, KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) dalam sebuah acara. (Foto: NU Online/Suwitno)

Jakarta, NU Online
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya), menginginkan agar warga NU atau Nahdliyin memiliki kepercayaan diri (pede) untuk membangun kemandirian dan perdamaian dunia.


Menurut Gus Yahya, kemandirian harus dimaknai dari berbagai dimensi. Pertama, dalam dimensi wawasan keagamaan. Kemandirian NU pada dimensi pertama ini harus diwujudkan. Caranya, NU tidak perlu mengekor kepada agenda-agenda Islam dari belahan dunia Muslim lain.


Saat ini, lanjut Gus Yahya, dunia sedang berkecamuk. Masing-masing negara tengah melakukan persaingan untuk membangun berbagai pengaruh, termasuk pengaruh politik dan menjadikan wacana keagamaan sebagai salah satu kendaraannya.


“PBNU tidak harus ikut Saudi, Emirat, Mesir, Yaman. Kita harus mandiri dalam wawasan keagamaan kita. Sudah terbukti, belahan dunia lain itu gagal dalam menjawab persoalan-persoalan mereka sendiri. Kita yang harus membantu mereka untuk menjawab masalah-masalah mereka. Ini kepercayaan diri yang harus kita tumbuhkan,” kata Gus Yahya dalam tayangan galawicara di TV9, Sabtu (15/1/2022) pagi.


Kemandirian pada dimensi kedua adalah secara ekonomi. Menurut Gus Yahya, selama ini NU tidak berani mencanangkan visi pengembangan ekonomi yang bisa memberdayakan warga. Bahkan, memberdayakan kapasitas organisasi.


“Kita ini sangat dibutuhkan oleh semua pihak. Kita harus berani bekerja sama dengan semua pihak. Kita harus berani untuk mengajak semua pihak ikut bekerja untuk membangun kapasitas sosial-ekonomi dari warga NU supaya lebih kuat,” ungkap Pengasuh Pesantren Raudlatut Thalibin, Leteh, Rembang, Jawa Tengah itu.


Selanjutnya, Gus Yahya menjelaskan soal perdamaian dunia. Ia menegaskan bahwa NU memiliki mandat peradaban, sehingga perlu berupaya keras untuk mencegah berbagai konflik yang terjadi di level global.


“Kita sedang menghadapi perubahan yang sangat fundamental. Di antaranya adalah konflik global. Kita semua harus berupaya keras untuk mencegahnya,” tegas Gus Yahya.


Di antara kekuatan paling besar yang dimiliki NU adalah tradisi pemikiran keagamaannya. Sebab, melalui tradisi itu NU selalu mampu luwes untuk menanggapi berbagai macam perubahan dalam realitas yang saat ini tengah terjadi.


“Dan (tradisi pemikiran keagamaan NU) mampu memberikan jawaban yang tepat sasaran terhadap berbagai masalah yang dihadapi masyarakat, baik lokal maupun internasional,” pungkasnya.


Pewarta: Aru Lego Triono
Editor: Musthofa Asrori