Jakarta, NU Online
Hanya dalam lima tahun saja, perang telah membuat Syria kehilangan hampir tujuh juta warganya. Ratusan ribu mati sia-sia, lainnya lari mengungsi. Mereka yang masih tinggal di negeri porak-poranda itu pun terpaksa hidup tanpa kelayakan manusia.
Demikian gambaran yang dijelaskan oleh Katib Aam PBNU, KH Yahya Cholil Staquf mengaitkan tragedi perang di Suriah dengan hiruk pikuk dunia maya, terutama media sosial yang penuh dengan pertengkaran, ujaran kebencian (hate speech), dan konten-konten palsu (hoax).
“Dunia maya hari ini adalah juga dunia yang sedang dilanda perang. Secara fisik mungkin semua orang kelihatan baik-baik saja,” ujar Gus Yahya menerangkan dalam akun Facebook miliknya, Kamis (8/12).
Tapi, lanjut putra KH Cholil Bisri itu, korban-korban kejiwaan (mental casualties) berjatuhan tak terhitung jumlahnya. Mereka yang kurang pintar sejak lahir dan belum pernah punya pengalaman menjadi pintar, jelas merupakan kelompok yang paling rentan.
“Tapi bencana di kalangan berpendidikan tak kalah dahsyatnya. Kehilangan segala manfaat pendidikan, bahkan kehilangan kewarasan secara drastis,” tulis Gus Yahya.
“Apa boleh buat, ini perang. Dan para pendatang baru dunia maya yang beli HP-nya belum lama, kalian itu imigran-imigran kesasar,” sindirnya.
Makin maraknya pertengkaran, ujaran kebencian, dan berita palsu juga mendapat perhatian dari Davis Kushner. Menurut Penulis Jacked: The Outlaw of Grand Theft Auto serta Kontributor untuk Rolling Stone dan The New York Time ini, berita palsu (hoax) hanyalah gejala.
“Penyakit sesungguhnya adalah berkurangnya keinginan mencari bukti, mempertanyakan sesuatu, dan berpikir kritis,” kata Davis Kushner dikutip Jawa Pos, Ahad (4/12/2016). (Fathoni)