Nasional

Gus Yaqut Dorong Perwujudan Masjid Ramah untuk Penguatan Kerukunan Umat

Jum, 17 Maret 2023 | 14:00 WIB

Gus Yaqut Dorong Perwujudan Masjid Ramah untuk Penguatan Kerukunan Umat

Kementerian Agama Republik Indonesia (Kemenag RI) melalui Direktorat Jenderal Bimbingan Msyarakat Islam (Bimas Islam) mengadakana kegiatan Sarasehan Nasional Kemasjidan di Jakarta pada Kamis-Sabtu (16-18/3/2023). (Foto: NU Online/Malik)

Jakarat, NU Online

Kementerian Agama Republik Indonesia (Kemenag RI) melalui Direktorat Jenderal Bimbingan Msyarakat Islam (Bimas Islam) mengadakan kegiatan Sarasehan Nasional Kemasjidan bertema Masjid Ramah untuk Memperkuat Kerukunan Umat Beragama dan Kerukunan Nasional di Grand Mercure Harmoni Jakarta, berlangsung dari hari Kamis (16/3/2023) hingga Sabtu (18/3/2023).


Dalam sambutannya pada pembukaan Sarasehan Kemasjidan Nasional Menteri Agama Yaqut Choulil Qoumas yang diwakili dan dibacakan oleh Staf Menteri Agama Mohammad Nuruzzaman mengungkapkan tiga hal penting dari Sarasehan Nasional Kemasjidan


Pertama, secara normatif upaya revitalisasi peran dan posisi masjid dalam kehidupan masyarakat muslim sangat diperlukan. Dengan sarasehan ini, saya berharap masjid-masjid kita menegaskan dan merevitalisasi peran posisinya sebagai pusat berbagai aktivitas keagamaan tersebut.


Kedua, secara substansi dan timing kegiatan tersebut sangat tepat, kontekstual, dan strategis. Karena di tahun politik ada kemungkinan penggunaan masjid untuk aktivitas kampanye politik praktis, wahana penyampaian narasi yang menyerang pihak lain, dan ruang pergesekan antarpihak yang berbeda pilihan.


“Dengan sarasehan ini, kita pertegas ruang abu-abu, mana yang boleh, dan mana yang tidak. Lalu sampaikan, dan viralkan kepada masyarakat. Mudah-mudahan masyarakat semakin cerdas sehingga terbangun keandalan diri menolak politisasi, dan melawan tantangan. Untuk mengontranarasi potensi konflik tahun politik, saya telah mencanangkan 2023 sebagai tahun kerukunan. Semoga kita bisa bersama-sama menjaga kondusivitas kerukunan beragama, dan kerukunan nasional,” imbuhnya.


Lebih lanjut ia menyampaikan bahwa tantangan dalam pengelolaan masjid sekarang ini adalah pada penguatan profesionalitas, moderatisme, dan pemberdayaan.

 

Ketiga, sarasehan tersebut penting karena tidak hanya membahas isu-isu relevan dengan konteks keumatan, dan kebangsaan, tetapi juga strategis untuk menata atau merevitalisasi kemasjidan secara makro, dan merespons isu-isu aktual yang berkembang di masjid.


Sementara itu, Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama (Dirjen Bimas Islam) Kamaruddin Amin dalam sambutannya menyampaikan bahwa Sarasehan Nasional Kemasjidan merupakan ruang untuk saling bicara, mempertemukan gagasan, dan mengikat kesepakatan dalam mewujudkan masjid yang ramah, profesional, moderat, dan berdaya.


“Sarasehan ini akan mengulas 3 topik besar yaitu mendiskusikan masjid, umat, dan tantangan tahun politik. Kedua, konsep masjid ramah sebagai tawaran resiliensi masjid. Ketiga, ihwal upaya kolaboratif pemberdayaan filantropi untuk pemberdayaan masjid,” ujarnya.


Kontributor: Malik Ibnu Zaman

Editor: Fathoni Ahmad