Nasional HARI SANTRI 2022

Gus Yaqut: Santri Bisa Jadi Apa Saja Asalkan Tidak Buru-Buru

Ahad, 23 Oktober 2022 | 08:30 WIB

Gus Yaqut: Santri Bisa Jadi Apa Saja Asalkan Tidak Buru-Buru

Menteri Agama RI H Yaqut Cholil Qoumas saat berpidato pada puncak peringatan Hari Santri 2022 di Kemayoran Jakarta. (Foto: Dok. Biro HDI/Rusydi)

Jakarta, NU Online
Menteri Agama RI H Yaqut Cholil Qoumas menuturkan bahwa santri bisa menjadi orang sukses. Banyak tokoh hebat dari kalangan santri mulai dari presiden, menteri, kiai, polisi, TNI, hingga pengusaha.


Hal tersebut dikatakan Menag Gus Yaqut saat memberi sambutan dalam acara Shalawat Kebangsaan pada malam puncak peringatan Hari Santri Nasional 2022 yang disiarkan langsung melalui YouTube Pendis Channel dan YouTube Kemenag RI, Sabtu (22/10/2022) malam. 


“Santri tidak bisa hanya cukup berbangga hati dengan apa yang dulu diperjuangkan oleh santri yang memerdekakan negara ini. Santri bisa menjadi apa saja. Tetapi, harus berjuang asalkan tidak terburu-buru,” ujar Gus Yaqut. 


Menurut Gus Men, sapaan akrabnya, hari santri adalah penghargaan yang diberikan pemerintah bukan untuk santri masa kini. Tapi, penghargaan yang diberikan oleh negara kepada para santri pendahulu yang ikut berjuang memerdekakan Indonesia.


“Kita hanya bagian yang menikmati atas perjuangan para santri pendahulu. Maka jangan merasa yang paling istimewa karena adanya Hari Santri. Santri tidak boleh merasa diistimewakan karena kita hanya menjadi konsumen saja, bukan produsen,” tegasnya.


Putra KH Cholil Bisri Rembang ini mengatakan bahwa tugas pertama santri adalah mengaji yang tekun dan belajar dengan benar. Jika itu dilakukan dengan baik, maka apa yang diinginkan akan tercapai baik menjadi pengusaha, menteri, maupun presiden.


“Kita melanjutkan perjuangan itu dengan terus berbakti kepada bangsa dan negara. Ini penting karena munculnya Hari Santri berawal dari Resolusi Jihad yang dulu difatwakan oleh KH Hasyim Asy’ari. Semangat santri akan mampu menanggung beban yang tidak ringan,” ujar Ketua Umum PP GP Ansor ini.


Tema Berdaya Menjaga Martabat Kemanusiaan dipilih karena santri harus menjaga martabat kemanusiaan dengan cara yang paling mudah yakni mempertahankan negara dari gangguan pihak luar. Peringatan Hari Santri 2022 menjadi pengingat bahwa perjuangan masih panjang dan negara membutuhkan perjuangan santri.


Bangkitkan Ekonomi Negara
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir yang juga hadir dalam acara itu menilai bangsa Indonesia mengalami eksploitasi sejak bepuluh-puluh tahun baik pada sumber daya maupun marketnya yang besar. Oleh karena itu, penting menjaga ketimpangan ekonomi. Sudah terlalu lama umat Islam hanya menjadi buih bukan ombak.


“Sinergitas yang dapat dijalankan baik pemerintah pusat, pemda, swasta, dan BUMN dapat berkolaborasi memastikan ekonomi keislaman menjadi bagian fondasi kemajuan Indonesia ke depan. Didasari dengan keislaman dan didorong oleh para santri dan pemimpin umat. Karena kesetaraan tidak mungkin terjadi kalau tidak menguasai ilmu pengetahuan dan ekonomi,” ujar Erick.


Karena, menurut dia, hal tersebut penting sekali di era dunia yang sedang berubah saat ini. Perlu memberanikan diri untuk melangkah, berlari, bahkan terbang agar dapat menjadi ombak dengan melakukan perubahan.


“Ketimpangan ekonomi yang terjadi tidak bisa menyalahkan siapa-siapa. Tapi, kita perlu mengintrospeksi diri bagaimana keilmuan keekonomian harus dapat direbut. Harus dipastikan kesetaraan ini tidak hanya setara, tapi melebihinya,” papar Erick.


“Kita sebagai negara yang mayoritas Muslim, tapi jika dilihat dari industri perekenomian halal dalam hal produktif tidak masuk ke dalam sepuluh besar. Meskipun negara kita menjadi nomor satu dalam hal konsumtif halal,” sambungnya.


Anggota kehormatan Banser ini menambahkan, yang masuk sepuluh besar negara produktif halal justru Tiongkok, Amerika, Brazil, dan Taiwan yang notabene bukan negara berpenduduk mayoritas Muslim.


“Artinya, ada yang salah. Namun, tidak boleh saling menyalahkan. Oleh karena itu, sudah waktunya hari santri menjadi kebangkitan ekonomi umat,” pungkas Erick.


Kontributor: Afina Izzati
Editor: Musthofa Asrori