Nasional

Gus Yusuf: Iman Saja Tidak Cukup, Masih Butuh Aman

Sel, 16 November 2021 | 09:00 WIB

Gus Yusuf: Iman Saja Tidak Cukup, Masih Butuh Aman

Pengasuh Pondok Pesantren Tegalrejo Magelang Jawa Tengah KH Yusuf Chudlori. (Tangkapan layar Youtube)

Tanggamus, NU Online
Pengasuh Pondok Pesantren Tegalrejo Magelang Jawa Tengah KH Yusuf Chudlori mengatakan bahwa dalam menjalankan ibadah kepada Allah swt, tidak cukup hanya dengan keimanan saja. Kuatnya keimanan harus didukung dengan kondisi keamanan lingkungan agar ibadah bisa dilaksanakan dengan khusyuk atau tenang.


“Iman saja tidak cukup, masih butuh aman. Kita punya modal iman tapi negara tidak aman, tidak bisa kita ngaji seperti ini,” katanya saat hadir di Pesantren Darul Ulum Margoyoso, Kabupaten Tanggamus, Lampung, Senin (15/11/2021) malam.


Gus Yusuf, sapaan karibnya, memberikan contoh nyata bagaimana umat Islam di wilayah konflik peperangan di Timur Tengah mengalami kesulitan untuk hanya sekedar melaksanakan ibadah shalat. Untuk berangkat menunaikan ibadah shalat Jumat berjamaah di masjid saja mereka seperti akan berangkat ke medan peperangan. Rasa was-was dan takut membayangi kalau-kalau terjadi ledakan bom di sekelilingnya.


“Kita hidup di Indonesia Alhamdulillah wa syukru lillah. Ibadah tenang, ngaji tenang, ya Allah,” ungkap syukur Gus Yusuf.


Sambil berseloroh ia sering menyampaikan kepada pihak keamanan beberapa indikator apakah sebuah daerah itu kondusif, aman, tenang atau tidak. Menurutnya, jika masih banyak di daerah tersebut jamaah Jumat yang mengantuk, itu menjadi indikator keamanan sebuah daerah.


“Coba di Afghanistan, Syiria, Iraq, tidak ada yang Jumatan ngantuk. Jumatannya tegang. (Maka) beruntunglah hidup di Indonesia,” katanya.


Semua keamanan dan kemerdekaan yang dirasakan ini lanjutnya tidak terlepas dari perjuangan para ulama yang ikut serta memberi sumbangsih dalam menentukan bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia. Di antaranya adalah KH Wahid Hasyim putra KH Hasyim Asy’ari, pendiri Jamiyyah Nahdlatul Ulama.


Saat musyawarah para pendiri bangsa, ada usulan tokoh yang menginginkan negara Indonesia berdasarkan syariat Islam mengingat mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam. Namun agama-agama lain yang menjadi minoritas tidak setuju dan ingin mendirikan negara sendiri di provinsi dan pulau-pulau di Indonesia.


Melihat situasi ini, lanjutnya, KH Wahid Hasyim atas petunjuk KH Hasyim Asy’ari memberikan konsep agar Indonesia tidak dijadikan sebagai Darul Islam (negara Islam) namun dijadikan Darussalam (negara damai).  “Tidak usah bikin negara Islam. Cukup bikin NKRI, Negara Kesatuan Republik Indonesia. Yang penting damai,” kata Gus Yusuf mengisahkan perjuangan kala itu dalam membentuk NKRI.


Kemudian terkait dengan dasar negara, para pendiri bangsa sepakat untuk menjadikan Pancasila sebagai ideologi bangsa. Karena dalam Pancasila, banyak nilai-nilai Islam yang terkandung dan tidak ada satu sila pun dalam Pancasila yang bertentangan dengan ajaran agama Islam. Malah sebaliknya, semua sila-sila dalam Pancasila terkandung nilai yang ada dalam ayat-ayat suci Al-Qur’an.


Pewarta: Muhammad Faizin
Editor: Kendi Setiawan