Nasional

Gus Yusuf: Pesantren adalah Penyelamat Pendidikan Nasional

Ahad, 27 Maret 2022 | 20:37 WIB

Gus Yusuf: Pesantren adalah Penyelamat Pendidikan Nasional

KH Yusuf Chudlori (Gus Yusuf) Pengasuh Pesantren Tegalrejo Magelang, Jawa Tengah. (Foto: Tangkapan layar Youtube)

Tanggamus, NU Online
Dalam era pandemi Covid-19 yang saat ini sudah lebih dari dua tahun melanda, lembaga pendidikan pesantren menjadi penyelamat pendidikan nasional. Hal ini karena selama kebijakan pembelajaran daring, pesantren masih bisa terus melakukan pendidikan kepada santri secara langsung melalui bimbingan para kiai.


Alhamdulillah wa syukru lillah, pondok pesantren tetap buka. Kiai, Bu Nyai pagi sore tetap mengajar para santri. Ini merupakan bukti bahwa pesantren merupakan soko guru pendidikan. Pesantren adalah penyelamat pendidikan nasional,” kata KH Yusuf Chudlori (Gus Yusuf) Pengasuh Pesantren Tegalrejo Magelang, Jawa Tengah, Sabtu (26/3/2022) di Kabupaten Tanggamus Lampung.


Gus Yusuf menyebut bahwa pandemi Covid-19 berdampak bukan hanya pada kesehatan. Pandemi ini pun menyebabkan ekonomi morat-marit dan yang lebih parah lagi adalah sektor pendidikan yang terbengkalai karena dua tahun pendidikan formal mulai TK, SD, SMP sampai perguruan tinggi ‘tiarap’, tidak berani tatap muka. Tiap hari para pelajar belajar secara online sehingga yang tidak belajar di pesantren, mereka hanya bermain HP setiap hari.


“Coba bayangkan, jika sekolah tutup, pesantren ikut libur. Lahalakannas, rusak manusia Indonesia,” tegasnya.


Ia pun mengungkapkan hasil penelitian para ahli pendidikan yang menyebut bahwa maksimal daya serap pemahaman peserta didik ketika belajar tatap muka sekitar 70 persen bagi mereka yang memiliki kecerdasan lebih. Sementara bagi peserta didik di level sedang, daya serapnya sekitar 50 persen.


“Kalau belajar online seperti sekarang ini, berapa persen ilmu yang bisa masuk ke otak? Ini yang berbahaya,” Gus Yusuf mengingatkan ketika hadir pada acara Haflah Akhirussanah Pesantren Bahrul Ulum Margodadi Kabupaten Tanggamus, Lampung.


Jika kondisi ini dialami Indonesia secara terus menerus, maka menurutnya, Indonesia akan mendapati loss generation atau kehilangan satu generasi karena tidak mendapatkan pendidikan yang layak dan pendidikan secara benar.


Oleh karenanya, para orang tua yang memiliki putra dan putri belajar di pesantren harus sangat bersyukur kepada Allah. Ini merupakan nikmat sangat besar yang dianugerahkan Allah kepada para orang tua. Pasalnya tidak semua orang tua memiliki anak-anak yang mau belajar di pesantren sampai dengan tamat pendidikannya.


Pesantren lanjut Gus Yusuf, tidak bisa dipaksa untuk belajar online setiap hari. Karena pendidikan dalam pesantren bukan hanya pendidikan untuk mencerdaskan otak manusia saja (taklim), namun lebih dari itu, pesantren memiliki misi pendidikan (tarbiyah) berupa penanaman nilai dan akhlak.


“Kalau hanya mau pintar, belajar lewat online, Youtube, bisa. Apalagi sekarang ada Google. Tanya apa saja tahu,” ungkapnya.


Namun yang google tidak bisa lakukan adalah mengajarkan akhlak kepada manusia. Pendidikan akhlak tidak bisa diwakili oleh teknologi apapun. “Anak (belajar) harus wajhan bi wajhin (bertemu dengan guru untuk bisa memiliki akhlak),” tegasnya.


Dalam pendidikan lanjutnya, tentunya para orang tua tidak hanya menginginkan anak mereka pintar semata, namun mereka mengharapkan putra-putrinya mendapatkan ilmu manfaat dan barakah. Yakni ilmu yang bisa diamalkan, bukan hanya sekedar tahu tentang agama namun bisa mengamalkannya.


Sehingga menurut Gus Yusuf, orang tua juga harus ikhlas jika anak-anaknya mendapatkan hukuman (takzir) di pesantren karena tidak patuh terhadap arahan para kiai. “Bahkan sekali waktu perlu dislentik (telinganya) agar sembuh nakalnya. Nylentik ini, pak, kalau pakai WA nggak kerasa. Harus datang langsung pak,” katanya disambut senyum yang hadir.


Dengan hal ini akhirnya anak didik memahami pentingnya tarbiyah yang menjadikannya memiliki akhlak yang baik kepada orang lain khususnya orang tua dan guru.  


Pewarta: Muhammad Faizin
Editor: Kendi Setiawan