Nasional

Habib Ahmad bin Novel Jelaskan Kemuliaan Wajah Nabi Muhammad

Jum, 8 Oktober 2021 | 01:00 WIB

Habib Ahmad bin Novel Jelaskan Kemuliaan Wajah Nabi Muhammad

Habib Ahmad bin Novel Jelaskan Kemuliaan Wajah Nabi Muhammad. (Foto: Tangkapan layar)

Jakarta, NU Online
Habib Ahmad bin Novel bin Jindan menjelaskan bahwa Rasulullah saw memiliki akhlak yang mulia. Kemuliaan akhlaknya itu sudah bisa ditebak hanya dengan melihat wajahnya saja. Meskipun belum menyaksikan langsung perilaku Nabi dan tutur katanya yang mencerminkan kemuliaannya.
 
“Sebelum Nabi berbicara dan bertindak, cahaya wajahnya telah menjelaskan tentang identitas beliau yang sesungguhnya,” jelas Habib Ahmad bin Novel bin Jindan saat mengisi acara Maulid Malam Jumat dan disiarkan langsung melalui channel youtube, pada Kamis (7/10/2021).
 
Pada kesempatan itu, Habib Ahmad mengisahkan tentang masuk islamnya Abdullah bin Salam saat Nabi hijrah ke Madinah. Kondisi saat itu masih banyak orang Madinah yang belum mengenali Nabi Muhammad saw, termasuk Abdullah bin Salam. Akan tetapi, Abdullah bin Salam yang saat itu masih beragama Yahudi, begitu melihat wajah Nabi, langsung menyatakan masuk Islam.
 
“Dan (Abdullah bin Salam) mengatakan, sejak pertama aku melihatnya, aku tahu betul wajah ini bukan wajah pendusta. Ini wajah yang istimewa, wajah seorang utusan yang dipilih oleh Allah swt.” papar habib kelahiran Jakarta itu.
 
Menurut Habib Ahmad, sebenarnya orang-orang kafir Makkah pun sudah tahu status kenabian Nabi Muhammad saw hanya dengan melihat wajah mulianya. “Pada hakikatnya, orang-orang kafir di Makkah saat itu pun mengakui kenabian Nabi Muhammad saw dari wajah beliau. Dan itu dinyatakan oleh Abu Thalib kepada mereka yang berada di Makkah mengganggu Muhammad,” imbuhnya.
 
Saat kota Makkah sedang dilanda kemarau panjang, orang-orang kafir mendatangi Abu Thalib agar memintakan hujan. Saat itu Abu Thalib membawa Nabi Muhammad yang usianya masih kecil. Kemudian Abu Thalib berkata, “Ini adalah wajah Nabi yang putih, yang bercahaya, yang dengan berkat wajahnya ini, kami memohon hujan dari Allah.”
 
“Langsung diturunkan hujan oleh Allah. Mereka (orang kafir) menjadi saksi di tempat itu,” papar Habib lulusan Pesantren Darul Musthafa, Hadramaut, Yaman itu.
 
Orang-orang kafir itu sebenarnya mengakui kebenaran Nabi Muhammad. Hanya saja tidak mau beriman. Bukan saja tidak beriman, tetapi juga menganiaya Baginda Nabi. “Padahal hakikatnya, mau tidak mau, mereka tetap mendapati Nabi Muhammad sebagai sosok yang istimewa,” pungkas Habi Ahmad.
 
Kontributor: Muhamad Abror
Editor: Syamsul ArifinÂ