Nasional

Habib Salim Jindan Ceritakan Persahabatan Para Habaib dan Ulama NU

Sen, 14 Oktober 2019 | 06:30 WIB

Habib Salim Jindan Ceritakan Persahabatan Para Habaib dan Ulama NU

Ilustrasi KH Hasyim Asy'ari dan Habib Umar bin Hafidz. (NU Online)

Jakarta, NU Online
Para keturunan Nabi Muhammad SAW atau habaib memiliki tempat tersendiri di hati para ulama dan warga NU. Mereka dihormati dan ditimba ilmunya. Hal itu berlaku sejak NU didirikan hingga sekarang.

Menurut Habib Salim bin Shalahuddin bin Jindan hal itu karena kesamaan guru-guru para habib dengan ulama-ulama pendiri NU.

Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari dan KH Wahab Chasbullah misalnya berguru kepada Syekh Habib Zaini Dahlan dan Syekh Habib Abu Bakar Syatha. Para habib juga ada yang menjadi teman saat tokoh-tokoh NU nyantri. Salah satunya adalah Habib Jindan ketika berguru ke Syaikhona Kholil Bangkalan.

“Gurunya, gurunya, gurunya, gurunya, KH Wahab Chasbullah adalah Syekh Habib Abu Bakar Syata nyambung kepada ahlul bayt, nyambung kepada Rasulullah,” tegasnya saat berceramah pada Haul ke-48 yang berlangsung di kediaman Nyai Hj Hizbiyah Rachim, Gang Lontar, Kramat Raya, Jakarta Pusat, Sabtu (12/10) malam.

Menurut Habib Salim, bukan tanpa alasan dia meminta Haul Kiai Wahab Chasbullah di Jakarta, melainkan untuk memperkuat kembali persatuan para habib dan ulama agar sama-sama bersatu menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Kedua, dia sebagai salah seorang keturunan habib ingin mengingatkan kepada dzuriyah dan warga NU bahwa KH Wahab Chasbullah itu sering berada di Jakarta, terutama di Gang Lontar yang merupakan sebrang Gedung PBNU.

Tak hanya itu, menurut dia, para habaib dan keturunan Arab berutang budi kepada KH Wahab Cahsbullah.

“Kenapa saya katakan demikian? Kiai Wahablah yang menyampaikan kepada Bung Karno agar para habaib dijadikan WNI. Ini tidak pernah dikupas dalam sejarah. Tidak ada yang mau mengupas. Jasa besar Mbah Wahab menjadikan keturunan Arab menjadi WNI,” jelasnya.

Habib Salim Jindan juga menceritakan bahwa para habaib di Jakarta mendukung dan memperkuat NU pada saat awal berdiri. Salah satu contohnya adalah Habib Ali Kwitang.

Ketika NU didirikan di Surabaya, kata Habib Salim Jindan, tokoh NU berupaya mendirikannya di Jakarta. Sebelum NU didirikan di Jakarta, Habib Salim Jindan mengutus Guru Marzuki bin Mirshad untuk menanyakan langsung ke KH Hasyim Asy’ari.

“Enam bulan kemudian mengikrarkan dirinya dan murid-muridnya untuk masuk Nahdlatul Ulama,” tegasnya.

Pewarta: Abdullah Alawi
Editor: Fathoni Ahmad