Nasional

Saat Kiai Said Cium Tangan Habib Umar bin Hafidz

Sel, 24 September 2019 | 03:45 WIB

Saat Kiai Said Cium Tangan Habib Umar bin Hafidz

Momen saat Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj mencium tangan Habib Umar bin Hafidz, Senin (23/9) di Kantor PBNU Jakarta. (Foto: Junaidi)

Jakarta, NU Online
Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) pada Senin (23/9) malam kedatangan tamu agung dari Tarim, Hadramaut, Yaman. Ia adalah Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafidz. Habib Umar tiba di Gedung PBNU sekitar pukul 19.00 WIB. Kedatangannya disambut antusias warga NU yang sedari sore menunggu ulama kharismatik tersebut di halaman dan Masjid An-Nahdlah PBNU.

Habib umar kemudian naik ke lantai 4, di ruangan Rais ‘Aam PBNU yang disambut sejumlah pengurus syuriyah dan tanfidziyah PBNU. Mereka beramah tamah, makam malam, dan shalat isya berjamaah. Setelah itu, Habib Umar bertemu dengan Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj di lantai 3.

Setibanya di lantai 3, pemandangan menyejukkan terjadi, yaitu ketika Kiai Said mencium tangan Habib Umar. Sejumlah kalangan menilai, apa yang dilakukan Kiai Said merupakan akhlak mulia yang terus ditunjukkan oleh para ulama NU. Mereka menjadi oase di tengah maraknya ujaran kebencian dan prasangka buruk yang disajikan sejumlah kelompok.

Pertemuan yang terjadi sekitar 15 menit itu diikuti oleh Rais Syuriyah PBNU KH Ahmad Ishomuddin, KH Zakky Mubarok, KH Nurul Yaqin Ishaq, KH Mujib Qulyubi, KH Miftah Faqih dan sejumlah Ketua PBNU, di antaranya KH Abdul Manan Ghani, H Eman Suryaman, dan H Marsudi Syuhud.

Menurut Kiai Said, pertemuan tersebut membicarakan tentang banyak hal, di antaranya tentang Ahlussunnah wal jamaah, NU, dan Islam wasathiyah.

“Beliau sangat-sangat NU karena (pengikut) Imam Asy’ari, Imam Syafi’I. Beliau bahkan sangat mendoakan NU, bahkan membaca kitab-kitab karya Mbah Hasyim Asy’ari di sana, diajar ke murid-muridnya,” kata Kiai Said seusai pertemuan.

Dikatakan Kiai Said, pada pertemuan itu, Habib Umar menyampaikan terima kasih kepada NU karena telah menjadi benteng Aswaja di Indonesia. Atas peran NU, Aswaja hingga kini tetap eksis dan kuat di Indonesia. 

“Kalau gak ada NU, mungkin ahlussunnah wal jamaah di Indonesia sudah hilang,” kata Kiai Said menirukan pernyataan Habib Umar.

Menurut Kiai Said, Habib Umar mengungkapkan bahwa santri asal Indonesia yang ada di Yaman sekitar 1000 orang, dan santri-santri tersebut dikatakannya akan dipesankan oleh Habib Umar agar ketika kembali ke Indonesia untuk aktif di NU. 

“Beliau akan mengkader, akan menggembleng santri-santri asal Indonesia agar kalau pulang ke Indonesia harus aktif di NU,” jelasnya.

Sementara Kiai Said mengatakan kepada Habib Umar bahwa NU bukan hanya benteng Aswaja di Indonesia, melainkan di Nusantara. Indonesia diapit oleh dua negara non-muslim, tapi kuat, yakni Cina dan Australia. Menurut Kiai Said, jika Indonesia tidak memegang prinsip wasathiyah, maka sudah dirusak oleh kedua negara tersebut.

“Kalau kita gak wasathiyah, kita udah diserang, tapi karena kita beprinsip wasathiyah, maka mereka menghormati kita,” kata Kiai Said kepada Habib Umar.

Sebagaimana diketahui, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) melalui komite program kerja sama Syuriyah PBNU, Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama, dan Majelis Al-Muwasholah Bainal Ulama al-Muslimin telah mengadakan ngaji bersama Habib Umar sejak bulan Desember 2017. 

Ngaji dilakukan setiap Rabu minggu pertama setiap bulannya itu disirakan secara live streaming atau teleconference oleh 164 Channel. Kitab yang didaras Habib Umar ialah kitab 'adabul 'alim wal muta'alim karya Hadhratussyekh KH Hasyim Asy’ari.

Namun karena bertepatan dengan kunjungan Habib Umar ke Indonesia, maka beliau berkenan berkunjung di PBNU. Menurut Sekretaris Jenderal Majelis Dzikir Hubbul Wathon (MDHW), Hery Haryanto Azumi, makna kunjungan Habib Umar merupakan wujud dukungan terhadap perjuangan Nahdlatul Ulama.

"Kehadiran Habib Umar secara langsung merupakan dukungan terhadap ikhtiar dan perjuangan NU untuk menyelamatkan Indonesia dari ancaman disintegrasi yang disebabkan oleh bertumbuhnya paham-paham radikal transnasional yang ingin mengubah bentuk dan dasar negara," jelas Hery kepada NU Online.

Pewarta: Husni Sahal
Editor: Fathoni Ahmad