Nasional HARLAH KE-101 NU

Harlah Ke-101, PBNU Gelar Halaqah Nasional Strategi Peradaban Nahdlatul Ulama 

Ahad, 28 Januari 2024 | 16:00 WIB

Harlah Ke-101, PBNU Gelar Halaqah Nasional Strategi Peradaban Nahdlatul Ulama 

Logo Harlah Ke-101 NU. (Foto: NU Online/Panitia Harlah)

Jakarta, NU Online

Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menggelar Halaqah Nasional bertajuk Strategi Peradaban NU di Pondok Pesantren Al-Munawwir Krapyak, Yogyakarta, pada Senin (29/1/2024) besok. Kegiatan ini menjadi bagian dari rangkaian Harlah Ke-101 NU.


Halaqah ini merupakan upaya lanjutan dari halaqah fiqih peradaban yang telah dilaksanakan di lebih dari 400 titik selama dua tahun terakhir. Setelah pembahasan substantif dalam halaqah fiqih peradaban, strategi peradaban menjadi pembahasan selanjutnya dalam upaya mewujudkan peradaban yang dicita-citakan dan diperjuangkan NU.


"Jika tema-tema halaqah fiqih peradaban sebelumnya terfokus pada substansi, maka fokus halaqah di Pondok Pesantren Al-Munawwir Krapyak kali ini untuk merumuskan strategi, agar substansi-substansi yang telah dirumuskan sebelumnya bisa diterjemahkan pada tataran kenyataan," kata H Nur Hidayat, Koordinator Halaqah Nasional Strategi Peradaban NU, pada Ahad (28/1/2024).


Ia menjelaskan bahwa dalam perumusan strategi ini juga akan didiskusikan tentang pentingnya membangun aliansi-aliansi sosial-budaya-politik yang dapat secara efektif mendukung visi peradaban yang diperjuangkan oleh NU.


Pembahasan ini menjadi penting mengingat pergeseran realitas peradaban yang berlangsung perlu disikapi dengan perubahan dan adaptasi cara berpikir dalam menelaah sekaligus menanggapi masalah-masalah sosial-budaya. 


"Halaqah-halaqah fiqih peradaban yang berlangsung selama ini mengajak para kiai, nyai, dan santri untuk melakukan pembacaan kembali turats (tradisi keagamaan) di lingkungan Nahdlatul Ulama guna merumuskan respons peradaban yang kontekstual," lanjutnya.


Kegiatan ini akan dipandu oleh Anggota Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (Lakpesdam) PBNU Prof Ismail Fajrie Alatas dengan menghadirkan empat narasumber, yakni sebagai berikut: 


1. Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf yang akan menjadi pembicara kunci dan membawakan materi mengenai Strategi Peradaban NU.

2. Wakil Rais ‘Aam PBNU KH Afifuddin Muhajir yang akan membawakan materi Strategi Peradaban, Perspektif Fikih.

3. COO Center for Shared Civilizational Values, North Caroline, USA, H Muhammad Cholil yang bakal menyampaikan materi tentang Pengaruh Internasional Terhadap Strategi Peradaban Nahdlatul Ulama.

4. Prof Robert W Hefner dari Boston University, USA bakal mempresentasikan pandangannya soal Persepsi Masyarakat Global Terhadap Nahdlatul Ulama.


Halaqah ini akan diikuti oleh seluruh Pengurus Pleno PBNU, termasuk pimpinan lembaga, badan otonom dan badan khusus PBNU. Akan hadir pula Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) se-Indonesia, Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) di wilayah khidmat PWNU Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah, dan Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) di DI Yogyakarta. Ada pula para ulama serta pengasuh pondok pesantren di DI Yogyakarta dan Jawa Tengah, serta para akademisi dari berbagai perguruan tinggi di Daerah Istimewa Yogyakarta.


Alasan Pesantren Al-Munawwir Krapyak dipilih

Pondok Pesantren Krapyak dipilih sebagai lokasi Halaqah Nasional Strategi Peradaban NU ini karena memiliki jejak penting dalam sejarah NU, di antaranya pernah menjadi lokasi penyelenggaraan Muktamar Ke-28 NU pada 1989.


Di pondok pesantren ini pula, KH Achmad Siddiq dan KH Abdurrahman Wahid kembali terpilih sebagai Rais ‘Aam dan Ketua Umum PBNU untuk kedua kalinya. Setelah itu, dimulailah kegiatan halaqah pertama di lingkungan Nahdlatul Ulama pada era 1990-an. Pada saat itu, halaqah yang digagas oleh Gus Dur mengangkat tema utama seputar ‘kontekstualisasi kitab kuning’. 


Pondok Pesantren Krapyak juga merupakan salah satu pesantren kasepuhan (pesantren tua) di lingkungan NU. Banyak tokoh-tokoh besar NU yang mondok dan belajar di Krapyak, antara lain Mustasyar PBNU KH Ahmad Mustofa Bisri (Gus Mus) dan Ketum PBNU KH Yahya Cholil Staquf.