Nasional

Haul Masyayikh Kudus di Ciganjur Berlangsung Khidmat

Ahad, 21 April 2019 | 16:30 WIB

Haul Masyayikh Kudus di Ciganjur Berlangsung Khidmat

Pembina IKAQ H Abdurrahman Mas'ud (keempat dari kiri)

Jakarta, NU Online
Haul para Masyayikh Kudus di lantai 2 SDIT KH A Wahid Hasyim Ciganjur, Ahad (21/4), siang hingga jelang malam berlangsung khidmat. Para Masyayikh yang diperingati haulnya antara lain KH R Asnawi (ke-61) dan KH Ma'ruf Irsyad (ke-9). Acara tersebut diinisiasi Ikatan Alumni Qudsiyyah Kudus di Jakarta-Bogor-Depok-Tangerang-Bekasi (IKAQ Jabodetabek).

Selain seratusan alumni, kegiatan yang diisi mulai takhtiman Al-Qur’an, tahlil, pembacaan sholawat Asnawiyah, hingga dzibaan dengan langgam khas Kudus ini dihadiri Pembina IKAQ H Abdurrahman Mas'ud. Hadir pula perwakilan guru yang didaulat menyampaikan testimoni, yakni KH Ali Fikri dan KH Nur Hamid yang datang langsung dari Kudus.

Dalam sambutan selaku pembina dan perwakilan keluarga masyayikh, Abdurrahman Mas'ud menyatakan terima kasih tak terhingga kepada alumni. Ia menyebut rangkaian acara haul merupakan tradisi yang baik. “Kita harus menjunjung tinggi acara ini. Sebab, ini merupakan cara yang menyatukan kita atau The Uniting. Bukan memisahkan,” tandas Kepala Balitbang Diklat Kemenag ini.

Menurut doktor jebolan UCLA Amerika Serikat ini, tradisi mulai tahlilan hingga dzibaan ini merupakan identitas santri. “Inilah main identity atau identitas utama kita. Ini cara kita bertauhid. Saya waktu masih kuliah di Amerika juga menjaga tradisi tersebut,” ungkap Guru Besar UIN Walisongo Semarang ini.

Sebelumnya, Ketua Yayasan KH A Wahid Hasyim Ciganjur, H Arif Rahman Hamid, dalam sambutannya menyambut baik terselenggaranya acara tersebut. “Mohon maaf jika fasilitas yang ada di sini minimalis. Terima kasih kepada para kiai dan alumni yang berkenan menyelenggarakan kegiatan di sini,” ujar Arif Rahman mengawali sambutan.

Keponakan Gus Dur ini juga sempat meluruskan pembawa acara yang kurang tepat menyebut namanya. “Saya koreksi sedikit, saya bukan Arif Rahman Wahid. Tapi Arif Rahman Hamid. Ayah saya KH Hamid Baidhowi bin KH Baidhowi. Wahid itu Mbah saya dari ibu,” terangnya.

Mas Yai, sapaan akrabnya, mengaku baru tiba dari Yogyakarta pada pukul 08.00 pagi. Baru mendapat kabar sesampainya di rumah yang berada di kompleks yayasan. “Jadi, saya agak bingung juga mau ngomong apa. Sebenarnya, sepeninggal Gus Dur yang menempati jabatan tertinggi di sini adalah yang ditempati Haji Amin. Saya ini anak buah beliau ini,” selorohnya.

Putra bungsu Nyai Hj Aisyah Hamid Baidhowi ini menambahkan, ada agenda penting yang harus ia ikuti. Oleh karena itu, usai sambutan langsung pamit. “Mohon maaf tidak bisa menemani hingga selesai. Silakan dilanjutkan acara ini,” tandas pria nyentrik ini.
    
Usai acara, H Syaifullah Amin (Alumnus Qudsiyyah 2002) mengatakan, acara tersebut terselenggara berkat kolaborasi alumni Madrasah Qudsiyyah, Taswiquth Thullab Salafiyyah (TBS), Banat, Muallimat, Diniyyah Kradenan, Pondok Pesantren Roudhotul Muta'allimin (PPRM) dan Pesantren Roudhotuth Tholibin yang notabene peninggalan KH R Asnawi. (Musthofa Asrori)