Nasional

Hilangkan Pahala Puasa, Katib ‘Aam PBNU Ajak Umat Islam Hindari Caci Maki

Sel, 12 April 2022 | 12:45 WIB

Hilangkan Pahala Puasa, Katib ‘Aam PBNU Ajak Umat Islam Hindari Caci Maki

Katib 'Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Ahmad Said Asrori (Foto: NU Online/Suwitno)

Jakarta, NU Online
Katib ‘Aam Pengurus  Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Akhmad Said Asrori mengajak umat Islam untuk menghindari perkara-perkara yang dapat menghilangkan pahala puasa, di bulan Ramadhan ini. Meski dari perspektif fikih, puasanya tidak batal, tetapi perkara ini berpotensi membatalkan pahala puasa atau setidaknya mengurangi pahala puasa. 


“Apa itu yang harus kita hindari agar puasa kita tidak hilang pahalanya? Di antaranya mengumpat, mencaci maki, berdebat sesuatu yang tidak perlu yang menyebabkan hati kita punya sangkaan-sangkaan yang tidak baik kepada lawan bicara kita, karena saling berdebat yang tidak perlu,” kata Kiai Said Asrori ditayangkan TVNU, dikutip NU Online, Selasa (12/4/2022).  


Selain mencaci maki, mengumpat, mengolok-olok, dan berdebat sesuatu yang tidak perlu, Kiai Said Asrori juga mengingatkan umat Islam untuk tidak berghibah, yakni membicarakan keburukan orang lain. 


“Dalam bahasa Jawa itu ngrasani, membicarakan keburukan orang lain. Ini harus kita hindari betul saat kita berpuasa. Kita kadang kalau kumpul dengan teman, berdua, bertiga atau lebih, berbicara panjang lebar, tidak terasa membicarakan keburukan orang lain, saudara kita sendiri, bahkan keburukan istri kita, anak-anak kita. Ini harus kita hindari,” katanya.


Walhasil, Kiai Said Asrori mengimbau umat Islam agar Ramadhan dijadikan ajang untuk menjaga mulut dari perkataan-perkataan yang membuat orang lain marah, tersinggung, dan sakit hati.


“Jangan sampai dari mulut kita, keluar perkataan yang apabila orang yang kita perbincangkan itu dengar, dia akan marah, tersinggung, sakit hati. Ini harus kita hindari agar pahala puasa kita ini sempurna,” ucapnya. 


Kiai Said menyindir kebiasaan masyarakat Indonesia. Ia mengatakan, ghibah sudah menjadi ‘makanan’ sehari-hari. Membicarakan saudara sendiri, tetangga, dan mitra kerja dilakukan setiap hari. 


“Namanya ghibah itu menjadi makanan kita sehari-hari. Ghibah kepada saudara, tetangga, mitra kerja. Ini untuk bulan Ramadhan kita harus berupaya keras untuk menjauhi itu semua, karena akan mengurangi bahkan menghilangkan kualitas puasa dan ibadah kita,” katanya.

 
“Semoga Allah memberikan kekuatan kepada kita semua, kita bisa menghindari seluruh amalan perbuatan yang menyebabkan hilangnya pahala, dan keutamaan puasa kita,” harap Kiai Said Asrori. 


Tiga Sebab Batalnya Pahala Puasa 

Rasulullah pernah bersabda, “Betapa banyak orang yang berpuasa namun dia tidak mendapatkan sesuatu dari puasanya kecuali rasa lapar dan dahaga.” (HR An-Nasa’i).

 

Habib Zain bin Smith dalam al-Fawaidul Mukhtarah li Saliki Tariqil Akhirah memberikan penafsiran atas sabda Rasulullah itu. Ia memberikan tiga pemaknaan terkait hal-hal yang menyebabkan batalnya pahala puasa.


Pertama, orang berpuasa tapi tidak meninggalkan pekerjaan-pekerjaan yang bisa menghilangkan pahala puasa, seperti, menggunjing orang lain, mengadu domba, dan berbohong.


Kedua, dalam hati orang yang berpuasa ada sifat riya’ (ingin dipuji oleh orang lain) atau merasa bahwa dirinya lebih baik dari yang lain. Ini juga dapat menghilangkan pahala puasa.


Ketiga, termasuk sesuatu yang bisa menghilangkan pahala puasa ialah berbuka puasa dengan sesuatu yang haram.


Tiga hal di atas sangat berdampak negatif bagi orang yang melakukan puasa. Karena, jika tetap melakukannya maka orang yang berpuasa hanya bisa melakukan puasa tanpa mendapatkan pahalanya.


Pewarta: Aru Lego Triono
Editor: Aiz Luthfi