Nasional

Idul Adha Momentum Tingkatkan Bakti Anak kepada Orang Tua

Ahad, 11 Agustus 2019 | 09:30 WIB

Idul Adha Momentum Tingkatkan Bakti Anak kepada Orang Tua

Anak kecil sedang memegang seekor kambing (AJ+)

Jakarta, NU Online

 

Idul Adha bukan sekadar sebuah hari perayaan, namun juga merupakan momentum penting bagi setiap muslim, terlebih bagi para pelajar. Pasalnya, di hari yang suci ini, terdapat sejarah penting tentang ujian seorang ayah yang hendak mengorbankan putranya, yakni Nabi Ibrahim yang atas perintah Allah untuk mengorbankan putranya, Nabi Ismail.

 

Hal itu menunjukkan bakti yang kuat seorang anak terhadap orangtuanya mengingat kepasrahan, kerelaan, dan kepatuhan Nabi Ismail atas perintah Allah kepada ayahnya itu.

 

“Nabi Ismail menjadi model ideal bakti kita kepada orang tua. Ini yang saya kira patut menjadi catatan penting yang harus diteladani oleh kita para pelajar, terlebih pelajar NU,” kata Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (PP IPNU) Mufarrihul Hazin kepada NU Online, Ahad (11/8).

 

Lebih dari itu, Nabi Ismail juga tidak melupakan ibunya begitu saja yang tidak turut serta pada momen yang terjadi di sebuah bukit dinamai sebagai Jabal Qurban itu. Ia memahami pasti ibunya akan mencarinya jika peristiwa tersebut terjadi.

 

Karenanya, agar tidak ada jejak bahwa dirinya dikorbankan, Nabi Ismail yang saat itu masih berusia sembilan tahun itu mengingatkan ayahnya agar jangan sampai darahnya menodai pakaian ayahnya. Hal demikian, menurutnya, agar Siti Hajar tidak menaruh kecurigaan.

 

“Sejauh itu pemikiran Nabi Ismail. Ia tidak ingin menyakiti perasaan ibunya yang pasti akan merasa kehilangan jika perintah itu tidak tercegah dan diganti dengan kambing,” ujarnya.

 

Berkat ketulusan seorang Nabi Ismail dan ketaatan Nabi Ibrahim atas perintah Allah kepadanya, lahir pemimpin besar nan agung, bahkan sebagai khatamul anbiya wal mursalin, Nabi Muhammad saw.

 

“Kerelaan dalam melaksanakan perintah agama dengan penuh ikhlas membuahkan hasil yang luar biasa,” katanya.

 

Oleh karena itu, doktor bidang pendidikan lulusan Universitas Negeri Surabaya (Unesa) itu mengajak para pelajar untuk meneladani Nabi Ismail dalam menjalani kehidupan. “Pelajar NU harus belajar tulus, belajar patuh, belajar sabar dari Nabi Ismail dan tentu mempraktikkannya dalam keseharian,” pungkasnya. (Syakir NF/Ahmad Rozali)