Nasional

IIQ Jakarta Peringati Haul Ke-21 KH Ibrahim Hosen

Sen, 28 Maret 2022 | 22:00 WIB

IIQ Jakarta Peringati Haul Ke-21 KH Ibrahim Hosen

Pjs Rektor IIQ Hj Najmatul Faizah dalam sambutannya pada Haul ke-21 Rektor pertama IIQ, Profesor KH Ibrahim Hosen. (Foto: Tangkapan layar)

Jakarta, NU Online
Institut Ilmu Al-Qur'an (IIQ) Jakarta menggelar peringatan Haul ke-21 Almaghfurlah Rektor pertama IIQ, Profesor KH Ibrahim Hosen, dan peluncuran buku Pemikiran dan Pandangan Ibrahim Hosen tentang Kemasyarakatan pada Ahad (27/3/2022). Kegiatan tersebut digelar secara luring dan daring.


Dalam sambutannya selaku wakil keluarga, Prof Nadirsyah Hosen mengatakan bahwa sosok yang diperingati haulnya, yakni Prof KH Ibrahim Hosen merupakan sosok yang lahir dari tradisi Fikih Syafii di Indonesia yang kemudian lahir sebagai ahli perbandingan agama.


“Semoga kita semua, khususnya para santri dan mahasiswi IIQ yang hadir bisa mendapatkan futuh dengan perantaraan kecintaan kita kepada pengarang kitab Hasyiyah al-Jamal juga pendiri dan Rektor pertama IIQ yang kita peringati haulnya ini,”ujar Gus Nadir di channel YouTube Institut Ilmu Al-Qur'an (IIQ) Jakarta.


Rais Syuriyah Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Australia dan New Zealand (ANZ) periode 2019-2021 menuturkan, selaku pendiri dan Rektor pertama IIQ, Prof KH Ibrahim Hosen sangat mendambahkan lahirnya ulama perempuan dari rahim IIQ ini.


“Saya jadi teringat kepada seorang ualam besar perempuan dalam sejarah Islam yang namanya jarang dikenal dan disebut, yaitu Fatimah binti Muhammad al-Fikhriyah,” ungkap Gus Nadir.


“Beliau berasal dari Tunisia di abad ke-9 masehi, pindah ke Maroko, yang mendirikan masjid dan kemudian menjadi madrasah atau dalam istilah sekarang adalah universitas, Al-Qarawiyyin,” sambungnya.


Menurut UNESCO, lanjut Gus Nadir, Al-Qarawiyyin merupakan salah satu kampus tertua di dunia yang masih ada sampai sekarang. “Nah, didirikan oleh seorang perempuan, Fatimah al-Fikhriyah. Menariknya, belakangan yang saya baca dari beberapa pakar modern banyak yang meragukan sosok ini,” tuturnya.


Bahkan, kata Gus Nadir, sosok tersebut dianggap fiktif. Peran Fatimah al-Fikhriyah dalam dunia Islam hendak dilupakan. Ini menunjukkan beratnya perjuangan seorang ulama perempuan.


“Seringkali tidak diakui. Bahkan, kiprahnya dipertanyakan dan hendak dihilangkan dari sejarah. Padahal yang didirikan adalah salah satu universitas tertua di dunia yang jauh lebih tua dari Oxford University ataupun Harvard,” sesalnya.


IIQ Jakarta ini oleh pendirinya didirikan agar kiprah dan perjuangan perempuan itu tidak mudah dilupakan begitu saja. “Bahkan, dalam berbagai kesempatan almarhum abah mengatakan meskipun pendiri IIQ adalah laki-laki, tapi beliau katakan bahwa IIQ baru sukses kalau nanti rektornya perempuan,” ungkapnya.


45 Tahun IIQ
Pjs Rektor IIQ Hj Najmatul Faizah dalam sambutannya mengatakan, bahwa harimau mati meninggalkan belang. Manusia mati meninggalkan nama. 21 tahun silam, Prof KH Ibrahim Hosen yang telah meninggalkan kita yang telah memimpin kita selama 24 tahun.


“Insya Allah pada 1 April 2022 mendatang IIQ genap berusia 45 tahun. Kita semua tahun lalu baru ditinggalkan oleh ibunda Profesor Huzaimah selaku rektor IIQ. Biasanya kita memperingati haul di Masjid al-Husaini Kampung Utan. Tapi pada hari ini kita mengingat pendiri yang telah meletakkan fondasi untuk IIQ Jakarta di Pesantren Takhassus ini,” ujarnya.


Selama peninggalan beliau 21 tahun ini, lanjut Rektor Faizah, IIQ Jakarta telah mengalami kemajuan baik pembangunan secara fisik maupun pembangunan non fisik.


“Non fisik adalah secara akademik, yakni dengan hadirnya 10 program studi di IIQ Jakarta sampai program S3. Sedangkan pembangunan fisik dapat kita lihat di tanah wakaf ini ada beberapa bangunan asrama santri yang sempat terbakar, sekarang sudah menjadi gedung PUPR,” ujarnya.


Kemudian, juga gedung Muhammad Yusuf sudah berganti menjadi gedung PUPR. “Mudah-mudahan alumni dapat berkunjung dan melihat perkembangan yang ada di IIQ Jakarta,” harapnya.


Menurut Rektor Faizah, apa yang telah disampaikan oleh Wakil Ketua Dewan Pengasuh Pesantren sekaligus mewakili keluarga, yakni Gus Nadir, menjadi pedoman bersama.


“Bahwa kampus yang telah ditinggalkan oleh Prof KH Ibrahim Hosen merupakan sebuah warisan yang harus dilanjutkan dan kita jaga keberlangsungannya sebagai hamalatul Qur'an,” tandasnya.


Hadir langsung dalam kegiatan tersebut Ketua Yayasan IIQ H Rully Khairu Azwar, Pengasuh Pesantren Takhassus IIQ, Rektor, Wakil Rektor, dan sivitas akademika IIQ Jakarta.


Pantauan NU Online, hadirin yang memenuhi Masjid Raudhatul Qur'an Pesantren Takhassus IIQ Jakarta tampak khusyuk menyimak lantunan kalam ilahi oleh mahasiswi Fakultas Ushuluddin yang juga juara II MTQN, Fathmah Muthi’ah.


Pewarta: Musthofa Asrori 
Editor: Kendi Setiawan