Nasional

Indeks Persepsi Korupsi Sejalan dengan Tingkat Literasi

Sel, 17 September 2019 | 13:30 WIB

Indeks Persepsi Korupsi Sejalan dengan Tingkat Literasi

Bedah buku dan seminar nasional di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FIDKOM) UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, Selasa (17/9). (Foto: NU Online/Syakir)

Tangerang Selatan, NU Online
Korupsi di negeri ini sudah menjadi penyakit yang cukup akut. Terbukti dengan banyaknya kasus yang menjerat para pejabat, baik legislatif, eksekutif, maupun para penegak hukum, hingga swasta.
 
Bukti lainnya adalah Indeks Persepsi Korupsi (IPK) Indonesia masih rendah. Tahun 2018 masih di angka 38 meskipun naik satu tingkat dari tahun sebelumnya.
 
Maman Suherman, alumnus Kriminologi Universitas Indonesia, mengungkapkan bahwa rendahnya IPK Indonesia juga sejalan dengan rendahnya minat baca warganya.
 
Hal itu diungkapkan saat menjadi narasumber dalam bedah buku dan seminar nasional di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FIDKOM) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta, Jalan Ir H Juanda No. 95, Tangerang Selatan, Banten, Selasa (17/9).
 
Sebaliknya, negara-negara di Skandinavia, seperti Finlandia, Swedia, Norwegia, dan Denmark merupakan negara dengan IPK tinggi yang juga sejalan dengan tingkat literasinya yang tinggi. Rata-rata IPK negara-negara tersebut berada di atas 80 hingga 90.
 
Tidak hanya itu, negara-negara yang berada di bagian utara Eropa itu juga menjadi negara paling bahagia menurut World Happiness Report. Sementara Indonesia berada di urutan ke-92 dari 156 negara.
 
“Siapa yang paling iqra’ mereka yang paling bahagia. Mereka literat, mereka bahagia, mereka persepsi korupsinya tinggi,” ujar pria kelahiran Makassar 54 tahun yang lalu itu.
 
Artinya, lanjut Maman, jika orang sangat literat, kemungkinan korupsinya rendah. “Kalau kamu sangat literat, gak akan korup,” ujarnya pada diskusi yang bertema Peran Perguruan Tinggi dalam Memerangi Korupsi di Indonesia: Telaah Sandi Komunikasi Korupsi itu.
 
Sementara itu, Guru Besar Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Andi Faisal Bakti mengatakan bahwa laku korupsi kerap kali menggunakan cara penyembunyian sesuatu. 
 
“Orang yang korupsi menyembunyikan sesuatu. Jadi, ada udang di balik batu, sehingga muncul sandi-sandi, ingin maksudnya di balik itu,” ujarnya pada bedah buku Sandi Komunikasi Korupsi tersebut.
 
Laku demikian menurutnya sudah dilakoni oleh warga sejak sekolah mula. Pasalnya, beberapa pelajar melakukan tindakan mencontek. “Cikal bakal korupsi sudah terbangun di keluarga, di sekolah mencontek, terus-menerus,” ujar Wakil Rektor IV UIN Syarif Hidayatullah Jakarta itu.
 

Pewarta: Syakir NF
Editor: Musthofa Asrori