Nasional

Ini Kelebihan Biodesel B100, Energi Produk Indonesia

Jum, 5 Juli 2019 | 19:58 WIB

Sukabumi, NU Online
Pemerintah terus memperkuat produksi bahan bakar berbasis nabati yang berasal dari berbagai tumbuhan yang ada di Indonesia. Bahan bakar itu disebut Biodesel B100, yang berarti 100 persen bahan bakar tersebut diolah dari pepohonan yang tumbuh di bumi Indonesia. 

Di Indonesia, B100 berpotensi menjadi bahan bakar alternatif bahkan bisa menjadi bahan bakar tetap pengganti solar. Bahan bakar yang masih digunakan oleh masyarakat Indonesia. Umumnya diolah dari tumbuhan yang mengandung minyak seperti kelapa, sawit, kemiri, karet dan tumbuhan lainnya. 

Tumbuhan itu tumbuh di hampir semua daerah di Indonesia dan mudah sekali ditemukan. Hal ini pula yang membuat pemerintah optimis upaya mewujudkan biodesel sebagai bahan bakar di Indoesia bisa terlaksana. 

Cara pengolahannya sangat sederhana, bahan bakar nabati dicampur dengan beberapa bahan kimia, kemudian di masukan ke alat pembuatan minyak. Alatnyapun termasuk sederhana, karena bisa dirakit sendiri oleh anak bangsa meski beberapa alat membutuhkan biaya yang lumayan. 

Dalam sehari produksi biodesel b100 di Wisata Agro Ilmiah Kementerian Pertanian (Kementan) di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, mencapai 1.600 liter.  Sebagai lembaga yang memiliki tugas melakukan riset pada sejumlah tanaman, Kementan mengakui jika hasil uji coba penggunaan Biodiesel B-100 yang dilakukanya mampu mencapai jarak 13,1 kilometer per liter. 

Jarak tersebut lebih jauh jika dibanding solar yang hanya mencapai 9 kilometer per liter.Selain itu, penggunaan B100 ini bisa menghemat devisa sebesar 26 triliun yang berdampak langsung pada kesejahteraan petani sawit. 

Plt Sekretaris Jendral Kementan RI, Momon Rusmono, mengatakan penghematan ini bisa didapat dari substitusi impor solar yang selama ini cukup tinggi. Paling penting kata dia Biodesel B100 mampu mengurangi pencemaran lingkungan karena rendah polusi dan berbahan baku kelapa sawit 100 persen. 

“Kementan sudah membuktikannya dengan uji coba pada mobil-mobil dinas Kementan,” katanya saat menjadi narasumber pada kegiatan Pertemuan Badan Koordinasi Humas (Bakohumas) di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, Kamis-Jumat (4-5/7).

Dari ujicoba itu. Kata dia, para sopir mengaku kualitas Biodiesel B100 sudah setara dengan DEX yang selama ini digunakan. Bahkan hasil riset Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan dan uji coba Balitbang Kementan menunjukan ada kesetaraan kualitas dengan minyak lain.

Sebelumnya, proses riset itu diawali pada pengembangan minyak nabati di tahun 2014. Saat itu, Kementerian Pertanian sukses menghasilkan bahan bakar B-20 yang selanjutnya disebut campuran 20 persen minyak nabati pada solar. Kemudian, Kementan berhasil mengembangkan B-30 hingga akhirnya bisa 100 persen menggunakan minyak nabati, tanpa campuran solar

Direktur Informasi dan Komunikasi Politik, Hukum dan Keamanan, Kementerian Kominfo, Bambang Gunawan menyebutkan bahwa penggunaan biodiesel B100 dapat berpengaruh pada kondisi ekonomi secara nasional. Menurutnya,  harg biodesel B100, 40 persen lebih murah. Sehingga dinilai dapat berpotensi menghemat devisa sebesar 26,66 triliun rupiah.

Selanjutnya, penggunaan biodiesel pun lebih ramah lingkungan karena karbon monoksida (CO) yang dihasilkan 48 persen lebih rendah jika dibanding dengan penggunaan solar. Yang pasti, pemanfaatan biodiesel tersebut akan berdampak langsung pada peningkatan pendapatan petani sawit. 

“Biodesel ini berdampak langsung pada peningkatan pendapatan petani sawit,” tuturnya yang juga hadir pada kegiatan Kementan di Sukabumi, Jawa Barat.
(Abdul Rahman Ahdori)