Nasional KONGRES KE-2 PERGUNU

Ini Pesan Ketum Pergunu untuk Perguruan Tinggi NU

Kam, 27 Oktober 2016 | 11:36 WIB

Ini Pesan Ketum Pergunu untuk Perguruan Tinggi NU

KH Asep Saifuddin Chalim di Forum Silaturahim Kongres Pergunu II di Ponpes Amanatul Ummah, Kamis 27 Oktober 2016

Mojokerto, NU Online
Forum Silaturahim Kongres Pergunu II merupakan ajang silaturahim yang digelar menjelang Pembukaan Kongres. Berlangsung di Ponpes Amanatul Ummah, Pacet Mojokerto, Kamis (27/10), forum ini menghadirkan sejumlah pembicara, diantaraya Penasihat Pergunu KH Asā€™ad Said Ali, Ketua Pergunu KH Asep Saifuddin Chalim, Guru Besar Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung Asep Kadarusman, dan Katib Syuriyah PBNU KH M Mujib Qulyubi.

Pengasuh Ponpes Amanatul Ummah KH Asep Saifuddin Chalim mengatakan forum silaturahim tersebut dilaksanakan sebagai ajang peningkatan ukhuwah, mengetahui aspirasi dan masukan peserta yang bisa menjadi tambahan materi kongres.

Ia mengingatkan bahwa kita harus tetap berbaik sangka saat menghadapi setiap persoalan. Ia mengatakan Allah tidak memberikan sesuatu kepada seseorang kecuali itu akan baik baginya. Oleh karena itu setelah bersikap tawakal, pasti akan berhasil.

Menurutnya umat Muslim tidak boleh putus asa. Termasuk dalam perebutan dominasi idealisme yang paling baik bagi kita, yang akan bermanfaat tidak hanya untuk sebagian pihak, namun juga untuk rahmatan lil alamin.

Saat ini Pergunu tengah dan terus memperjuangan idealisme yaitu menebarkan ajaran aswaja. Idealisme tersebut jangan sampai hanya menuruti kemauan kelompok pemodal, karena akan menyebabkan kekacauan.

Kiai Asep juga menyebutkan problem yang saat ini tampak kasat mata di NU adalah lahirnya Uiversitas NU di mana-mana. Ia mempertanyakan, mau apa setelah lahir? Tentu saja Universitas NU lahir untuk keberhasilan. Jangan sampai Universitas NU lahir untuk mati karena tidak menyiapkan diri.

Sumber daya manusia (SDM) yang tangguh menjadi keperluan mendesak yang harus disiapkan sekolah dan perguruan tinggi NU. Kiai Asep mengatakan di Institut Kiai Haji Abdul Chalim yang merupakan pengembangan dari Ponpes Amanatul Ummah, diberlakukan pekan penyempurnaan yaitu penambahan jam mata kuliah untuk mengantisipasi adanya kekurangtercapaian jumlah pertemuan tatap muka bagi dosen pengajar.

Institut atau perguruan tinggi NU juga hendaknya tidak sekadar atau asal-asalan didirikan dan dikelola. Pengetahuan bahasa asing seperti Bahasa Arab dan Inggris, serta Ilmu Akuntansi, perlu diajarkan kepada mahasiswa.Ā 

Selanjutnya wawasan mahasiwa harus dibangun. Para mahasiswa diwajibkan mengikuti seminar nasional dan internasional. Dengan itu, Pergunu akan mampu mempertanggungjawabkan kualitas pendidikan, dan menjadi andalan. (Kendi Setiawan/Mukafi Niam)