Nasional

Ini Profil 11 Panelis yang Rumuskan Pertanyaan pada Debat Ketiga Pilpres 2024

Kam, 4 Januari 2024 | 19:00 WIB

Ini Profil 11 Panelis yang Rumuskan Pertanyaan pada Debat Ketiga Pilpres 2024

Ilustrasi. Para capres yaitu Anies Baswedan, Prabowo Subianto, dan Ganjar Pranowo usai menjalankan debat perdana, pada Desember 2023 lalu. (Foto: instagram Prabowo Subianto)

Jakarta, NU Online

Debat ketiga Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 akan berlangsung pada Ahad (7/1/2024) di Istora Senayan, Jakarta. Debat yang diperuntukan bagi para calon presiden (capres) ini mengangkat tema Pertahanan, Keamanan, Hubungan Internasional, Globalisasi, Geopolitik, dan Politik Luar Negeri.


Komisi Pemilihan Umum (KPU) telah menetapkan 11 panelis yang merumuskan pertanyaan pada debat ketiga. Para panelis itu ada yang dari Universitas Pertahanan hingga mantan Kepala Staf Angkatan Laut (KASAL).


"Kami sudah mendapatkan konfirmasi dan kesediaan dari 11 orang panelis, debat ketiga nanti," ujar Komisioner KPU August Mellaz di Kantor KPU, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (3/1/2024) malam.


Berikut profil 11 panelis debat ketiga Pilpres 2024


1. Angel Damayanti

Angel Damayanti merupakan Guru Besar Bidang Keamanan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (Fisipol) Universitas Kristen Indonesia (UKI). Ia adalah Dosen Hubungan Internasional Fisipol UKI. Angel juga menjadi Dosen di Program Doktoral Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian (STIK/PTIK) dan Peneliti Senior di Center for Security and Foreign Affairs (CESFAS) UKI.


Angel menamatkan pendidikan sarjananya di UKI, serta pendidikan S2 di Universitas Indonesia, Strategic Studies/International Studies dan Counter Terrorism di S Rajaratnam School of International Studies, dan Graduate School of Nanyang Technological University Singapore. Sementara pendidikan doktoralnya ditempuh di National University of Singapore pada 2013 dan Institute of Post Graduate Studies, Universiti Sains Malaysia pada 2017.


2. Curie Maharani Savitri

Curie Savitri merupakan seorang pengamat masalah pengadaan pertahanan dan kebijakan industri, kompensasi, penyebaran senjata, dan indigenisasi teknologi. Saat ini, ia menjadi Dosen pada Program Studi Konflik dan Keamanan di Universitas Binus.


Ia meraih gelar PhD dalam Manajemen Pertahanan dan Kepemimpinan dari Universitas Cranfield pada 2016. Curie mendapat predikat cum laude dalam program magister di Institut Teknologi Bandung, jurusan Manajemen Pertahanan pada 2007. Ia memperoleh gelar sarjana di Universitas Indonesia, jurusan Hubungan Internasional pada 2002.


Sebelum bergabung dengan Binus, Curie telah aktif bekerja pada isu-isu manajemen pertahanan dengan Kementerian Pertahanan Republik Indonesia, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), dan S Rajaratnam School of International Studies.


3. Evi Fitriani

Evi Fitriani merupakan Guru Besar Hubungan Internasional Fisipol UI. Ia pernah menjabat sebagai ketua Departemen HI FISIP UI (2012-2016). Saat ini, ia juga menjabat sebagai Kepala Miriam Budiardjo Resource Center (MBRC) FISIP UI, anggota Dewan Pengarah ASEAN Study Center FISIP UI, Asesor BAN PT, Anggota Dewan Redaksi Jurnal Global, Anggota Dewan Redaksi Journal of East Asian Policy (NUS), dan Country Coordinator, NEAT Indonesia (Track 2 ASEAN plus Jepang, China, dan Korea).


Evi juga menjabat sebagai Kepala Pertama Kantor Internasional (International Office) UI (2003-2005) dan Sekretaris Senat Universitas Indonesia (2011-2012).


Ia menyelesaikan Program Sarjana di Departemen HI FISIP UI pada 1993; program magister pertama di Leeds University, United Kingdom, pada 1994; program magister kedua di Ohio University, USA, pada 1995; dan PhD program (doktoral) di Australian National University (ANU) pada 2011.


4. Hikmahanto Juwana

Hikmahanto Juwana merupakan Guru Besar Studi Hukum Internasional Fakultas Hukum (FH) UI. Ia mengajar di Bidang Studi Hukum Internasional Fakultas Hukum Universitas Indonesia sejak 1988. 


Hikmahanto memperoleh gelar Sarjana Hukum dari Fakultas Hukum Universitas Indonesia, lalu gelar Magister Hukum Internasional dari Fakultas Hukum Universitas Keio, dan PhD (Doktor) dari Fakultas Hukum Universitas Nottingham. 


Jabatan Guru Besar dianugerahkan kepada Hikmahanto pada 2001 dengan Pidato Pengukuhan Guru Besar yang berjudul Hukum Internasional Dalam Konflik Kepentingan Ekonomi Negara Berkembang dan Negara Maju.


Hikmahanto diangkat Guru Besar di usia 36 tahun. Ia menjadi Profesor termuda dalam sejarah Universitas Indonesia pada waktu itu. Pada 2004, ia mendapat kepercayaan sebagai dekan termuda di Fakultas Hukum Universitas Indonesia. Saat ini, ia juga menjabat sebagai Rektor Universitas Jenderal Achmad Yani (Unjani) Cimahi, sejak 17 April 2020.


5. I Made Andi Arsana

Andi Arsana adalah seorang dosen dan peneliti di Departemen Geodesi, Universitas Gadjah Mada, Indonesia. Ia memperoleh gelar PhD Hukum Laut Internasional dari Australian National Centre for Ocean Resources and Security (ANCORS), University of Wollongong (2008-2014). 


Andi kemudian mendapat gelar Magister Geodetic Engineering dari University of New South Wales, Australia dengan fokus pada penentuan batas maritim antara Indonesia dan Timor Leste Sementara gelar sarjananya diraih di UGM dengan jurusan Teknik Geodesi (1996-2000).


Ia terlibat dalam revisi edisi ke-5 Manual Aspek Teknis Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum Laut (TALOS) yang diterbitkan Biro Hidrografi Internasional, Monaco. Andi juga telah menerbitkan sekitar 230 karya dalam bidang aspek geospasial urusan laut dan hukum laut dalam bentuk artikel jurnal, buku, prosiding konferensi, serta artikel ilmiah populer dalam bahasa Inggris dan Indonesia.


6. Ian Montratama

Ian Montratama merupakan dosen program studi Hubungan Internasional, Universitas Pertamina yang telah menghasilkan sejumlah buku yang fokus kajiannya dalam bidang keamanan dan pertahanan. Ia juga kerap ditunjuk menjadi narasumber pada sejumlah seminar dan FGD. 


Pada jenjang S1, Ian menyelesaikan program studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia pada 1999. Kemudian ia mengambil pendidikan magister di European Business (ME.B.), EDHEC Lille, Prancis pada 2000-2001. Pada November 2013, Ian pernah mengikuti program eksekutif di Naval Postgraduate School (NPS), Monterey, California, Amerika Serikat.


Ia menempuh jenjang magister pada September 2013 hingga Oktober 2014 dalam Program Pascasarjana dalam Strategi Perang Total (SPS) Universitas Pertahanan (Unhan), Sentul. Selanjutnya pada 2017, ia menuntaskan program doktor dalam jurusan Hubungan Internasional, Universitas Padjajaran (Unpad), Bandung dengan predikat cum laude.


7. Irine Hiraswari Gayatri

Irine Gayatri memperoleh gelar PhD dari Monash University's Gender, Peace and Security (GPS) Centre, School of Social Sciences, Faculty of Arts pada 15 November 2023. Ia juga menjadi Peneliti Senior di Pusat Riset Politik Indonesia Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Irine mendapatkan gelar magister dari Departemen Penelitian Perdamaian dan Konflik Universitas Uppsala di Swedia.


Ia bekerja di Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) pada 2017 hingga 2018 untuk mengembangkan Rencana Aksi Nasional dalam Menanggulangi/Mencegah Ekstremisme Kekerasan yang Menyebabkan Terorisme (P/CVE NAP), yang dirilis pada Januari 2021. 


Pada 2007 hingga 2014, ia bekerja dengan Koalisi Anti Kekerasan Berbasis Gender dan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) untuk mengadopsi UNSCR 1325 ke dalam generasi pertama Rencana Aksi Nasional Indonesia tentang WPS.


8. Kusnanto Anggoro

Kusnanto Anggoro merupakan Pakar Keamanan dan Pertahanan dari Universitas Pertahanan. Selain mengajar di Universitas Pertahanan, ia juga mengajari Universitas Indonesia, Sekolah Staf dan Komando Angkatan Laut (Seskoal). Ia juga merupakan pengamat militer dari Centre for Strategic and International Studies (CSIS).

 
9. Marsetio

Marsetio merupakan Ketua Dewan Guru Besar Universitas Pertahanan. Ia pernah menjabat sebagai Kepala Staf Angkatan Laut (KASAL) pada 2012-2014. Marsetio menjadi lulusan terbaik Akademi Angkatan Laut (AAL) pada 1981.


Ia pernah mengajar di Naval War College USA, di Sekolah Staf dan Komando Angkatan Laut, di Sesko TNI, dan Lemhannas. Ia juga menjadi dosen di berbagai perguruan tinggi, di antaranya di Sekolah Tinggi Teknologi Angkatan Laut (STTAL), Universitas Pertahanan Indonesia (Unhan), Universitas Indonesia, Universitas Gadjah Mada, Universitas Diponegoro, Universitas Maritim Raja Ali Haji (Umrah) Tanjung Pinang, Universitas Hang Tuah Surabaya, dan Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya


10. Philips J. Vermonte

Philips Vermonte adalah Dekan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII). Sebelum bergabung dengan UIII, Vermonte menjabat sebagai Direktur Eksekutif Centre for Strategic and International Studies (CSIS), Indonesia, dan Ketua Asosiasi Jajak Pendapat Indonesia (Persepi). 


Ia adalah seorang sarjana fulbright dan memperoleh gelar PhD Ilmu Politik dari Northern Illinois University, Amerika Serikat. Ia menyelesaikan gelar MA-nya dalam Studi Internasional di University of Adelaide, Australia.


Minat penelitian Vermonte meliputi politik perbandingan, persaingan pemilihan, perilaku pemilih, sistem partai, demokratisasi, dan kebijakan luar negeri. Karyanya telah muncul di Asian Politics and Policy, Middle East Development Journal, Indonesian Quarterly, Jurnal Perempuan, dan Jurnal Maarif.


11. Widya Setiabudi Sumadinata

Widya Sumadinata merupakan Guru Besar Bidang Keamanan Global Universitas Padjadjaran (Unpad). Ia menamatkan pendidikan sarjananya di jurusan Hubungan Internasional, Universitas Padjadjaran (1991-1997) dan Fisika, Institut Teknologi Bandung (1992-1998). 


Lalu, Magister Manajemen dan Teknik Industri, Institut Teknologi Bandung (2002-2005) dan Magister Pertahanan Strategis, Universitas Pertahanan Indonesia (2010-2011), serta Doktor Ilmu Pemerintahan, Universitas Padjadjaran (2007-2012).


Widya fokus pada studi keamanan dan pertahanan, hubungan sipil-militer, penyelesaian konflik, manajemen konflik, studi Perdamaian, kontra-terorisme, studi ASEAN, studi Tiongkok, serta demokrasi dan HAM.