Nasional

Tujuan Debat Mencari Kebenaran, Bukan Merasa Lebih Unggul dari Orang Lain

Jum, 24 November 2023 | 15:00 WIB

Tujuan Debat Mencari Kebenaran, Bukan Merasa Lebih Unggul dari Orang Lain

Ketua PBNU, KH Ulil Abshar Abadalla. (Foto: NU Online/Suwitno)

Jakarta, NU Online

Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Ulil Abshar Abdalla (Gus Ulil) mengajak umat Islam, dan khususnya Nahdliyin, untuk menghindari berdebat dengan tujuan merasa lebih unggul dari orang lain karena esensi debat ialah mencari kebenaran. Hal tersebut diungkapkan dalam Khutbah Jumat di Masjid An-Nahdlah PBNU, Jalan Kramat Raya 164 Jakarta, pada Jumat (24/11/2023).


Gus Ulil mengutip firman Allah dalam Al-Qur'an, Surat Al-An'am ayat 68. Ayat ini merupakan perintah Allah kepada Nabi Muhammad untuk menghindari ajakan debat dari kaum kafir Makkah.


Suatu ketika, Nabi Muhammad berhadapan dengan orang-orang kafir Makkah yang memperolok, mencerca, dan menghina ayat-ayat dan firman-firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad di dalam Al-Qur'an.


"Jika engkau wahai Muhammad, melihat orang-orang kafir di Makkah pada saat itu, mereka berbincang-bincang mengenai ayat-Ku, mengenai firman-Ku, mengenai Al-Qur'an, maka janganlah engkau ikut bersama mereka. Maka berpalinglah engkau dari mereka," demikian Gus Ulil menerjemahkan ayat tersebut.


Menurut Gus Ulil, ayat ini menandakan bahwa berdebat mengenai sesuatu yang berkaitan dengan agama, terutama berkaitan dengan Al-Qur'an, tak jarang justru akan menimbulkan akibat yang kurang baik.


"Karena itu, Kanjeng Nabi Muhammad diperintah oleh Allah untuk tidak berdebat dengan orang-orang kafir Makkah mengenai ayat Al-Qur'an. Karena seringkali perdebatan itu tujuannya bukan untuk mencari kebenaran, tetapi mencari kemenangan bagi orang yang berdebat," tutur Pengampu Ngaji Ihya Online itu.


Penyakit Mulut

Gus Ulil kemudian menjelaskan tentang penyakit mulut yang dibahas oleh Imam Ghazali di dalam Kitab Ihya Ulumiddin. Di dalam kitab Ihya disebutkan ada 20 penyakit mulut.


"Yang dimaksud di sini bukan penyakit gigi, tetapi penyakit-penyakit yang bisa muncul dari mulut manusia," jelas Gus Ulil.


Salah satu dari ke-20 penyakit itu adalah al-mira' wal jidal yakni penyakit suka berdebat atau adu bicara dengan orang lain dengan tujuan bukan untuk mencari kebenaran. Tetapi bertujuan untuk mengunggulkan diri sendiri, membesarkan ego sendiri, bukan untuk mencari kebenaran.


Sementara perdebatan yang diperbolehkan dalam Islam adalah perdebatan yang sungguh-sungguh untuk mencari kebenaran. "Tetapi perdebatan semacam itu seringkali tidak terjadi," ucap Gus Ulil.


Kemudian ia menjelaskan sebuah hadits yang menyatakan bahwa suatu masyarakat tidak akan tersesat setelah diberi petunjuk oleh Allah, kecuali mereka melakukan perdebatan. "Jadi, perdebatan itu justru seringkali menjauhkan orang-orang dari kebenaran," ucapnya.


Meninggalkan debat meski benar

Gus Ulil juga mengutip sebuah hadits Nabi Muhammad yang menyatakan bahwa seorang hamba tidak sempurna iman dan agamanya kecuali mampu meninggalkan debat walaupun berada di pihak yang benar.


Di dalam hadits lain disebutkan bahwa ada enam perkara jika seseorang bisa melakukan hal itu maka akan mencapai sejatinya iman atau iman yang sejati. Salah satunya, meninggalkan perdebatan walaupun berada pada pihak yang benar.


Beda mira' dan jidal

Gus Ulil kemudian mengungkap makna mira' dan jidal, penyakit mulut sebagaimana yang dijelaskan Imam Ghazali dalam kitab Ihya Ulumiddin.


"Setiap usaha kita untuk menentang omongan atau pembicaraan orang lain dengan cara menyebutkan kekurangan-kekurangan di dalam pembicaraan itu. Itu yang disebut dengan mira'," jelas Gus Ulil.


"Kemudian yang disebut dengan jidal adalah kita mencoba untuk menunjukkan kelemahan orang lain dengan cara memperlihatkan kekurangan-kekurangan di dalam omongan dan pembicaraan, dan menuduh orang yang kita ajak berdebat sebagai orang yang bodoh," imbuh Gus Ulil.


Menurut Gus Ulil, jidal dan mira' terdapat perbedaan yang cukup mendasar. Pada jidal, ada unsur ingin menunjukkan diri lebih unggul dan orang yang diajak berdebat berada pada posisi yang lebih rendah.


"Ini semua oleh Imam Ghazali, oleh para ulama, Kanjeng Nabi, disebut sebagai penyakit-penyakit mulut yang harus dihindari umat Islam," pungkas Gus Ulil.