Nasional

IPNU Didorong Lakukan Penyiapan Internal dan Kesiapan Mental

NU Online  ·  Ahad, 19 November 2017 | 11:30 WIB

Bandung, NU Online
Isu radikalisme masih terus berlangsung mengemuka di jagat Indonesia, khususnya di dunia pelajar. Begitupun narkoba yang marak disalahgunakan oleh pelajar Indonesia. Hal tersebut mendesak Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) untuk segera menyikapi dan melakukan langkah kongkrit bersama di seluruh tingkatan pimpinan.

“Ada sesuatu yang mendesak yang harus kita sikapi bersama berkaitan dengan isu-isu terkini yang berkaitan dengan dunia kepelajaran sebagaimana segmen garapan IPNU,” kata Ketua Umum Pimpinan Pusat IPNU Asep Irfan Mujahid dalam sambutannya saat pembukaan Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) 2017 IPNU di Grand Hotel Asrilia,  Bandung, Sabtu (18/11).

“Tidak ada pilihan lain kecuali kita segera berkumpul mengkosolidir diri menyatukan gagasan bagaimana merespons berbagai hal tersebut,” lanjutnya.

Sementara itu, Ketua Presidium Majelis Alumni IPNU Hilmi Muhammadiyah menyampaikan, bahwa tujuan berkumpulnya perwakilan dari setiap wilayah dalam agenda Rapimnas tidak lain guna mempererteguh komitmen terhadap NKRI dan Islam Ahlussunnah wal Jamaah.

“Memperkuat komitmen terhadap NKRI dan menjaga pengamalan agama Islam tetap pada haluannya,” katanya.

Sementara itu, Deputi II Bidang Kepemudaan Kementerian Pemuda dan Olahraga Asrorun Niam Soleh menyampaikan, bahwa selain dua isu di atas, ada yang lebih penting bagi IPNU, yakni penyiapan internal dan mental.

“Tantangan bersifat luar, mulai kontestasi ideologi dan sejenisnya. Tetapi, pada saat yang lain ada tantangan yang membutuhkan penyiapan internal dan kesiapan mental kita,” katanya.

Menurutnya, saat ini hal-hal yang bersifat ritus dan formal dalam organisasi dan pembelajaran tidak lagi menjadi hal yang terpenting. Lebih penting dari itu, menurutnya, melakukan hal-hal yang bersifat substansial.

“Tren sekarang tidak lagi mengedepankan prinsip-prinsip formalisme di dalam konsolidasi, termasuk juga dalam transmisi ilmu pengetahuan. Sampai kemudian brain washing terjadi itu tidak melalui ruang-ruang yang bersifat formal. Karenanya, sebagai kids zaman now, menjadi penting melakukan adaptasi di tengah perubahan sosial saat ini,” kata Sekretaris Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia itu.

“Pendekatan substansialis jauh lebih penting daripada pendekatan formalisme semata,” lanjutnya.

Lebih jauh, pendekatan substansialis yang Mas Niam, begitu ia akrab disapa, sampaikan adalah tentang penyampaian empat prinsip dasar Nahdlatul Ulama bagaimana bisa diterima oleh pelajar.

“Bagaimana menerjemahkan tasamuh, tawazun, tawasuth, i’tidal tanpa tathorruf, tanpa perlu berlebihan” ungkapnya.
IPNU, menurutnya harus fokus pada hal-hal bersifatsubjektif kepelajaran. Tidak harus terbawa arus sehingga membuatnya tenggelam. “IPNU hadir untuk menjawab tantangan zamannya dengan target grup khusus,” tegas Katib Syuriah PBNU itu.

Rapimnas 2017 IPNU dibuka secara simbolis dengan memainkan angklung oleh Deputi II Kemenpora Asrorun Niam Soleh, Ketua Presidium Majelis Alumni IPNU Hilmi Muhammadiyah, dan Ketua Umum IPNU Asep Irfan Mujahid. (Syakirnf/Kendi Setiawan)