Nasional

Jangan Hanya Penonton, Tapi Pembuat Film!

Rab, 4 Desember 2013 | 07:07 WIB

Jepara, NU Online
Anis Sholeh Baasyin, budayawan asal Pati, Jawa Tengah, menyemangati dan mengimbau anak-anak muda Jepara untuk terus berkreasi melalui film.
<>
“Bangsa Indonesia tidak hanya sebagai penonton melainkan juga sebagai pembuat film,” katanya saat diskusi film di Gedung NU Jepara, Jalan Pemuda No.51, Jawa Tengah Senin (2/12) siang.

Saat ini, menurut pimpinan Orkes Puisi Sampak GusUran Pati ini, potensi perfilman di daerah meningkat. “Anda buat saja film kemudian diunggah di internet. Dari situ akan muncul dialektika komunitas untuk berekspresi, saling mengapresiasi dan mengkritik karya,” sebut Anis.

Dari ke-pede-an itu ia yakin kualitas-kualitas film yang anak muda buat tidak kalah dari film yang ada di Korea dan Jepang.

Wakil Ketua PCNU Jepara, H M Anas Arbaani berharap jiwa-jiwa seni di Jepara meningkat. Film menurutnya adalah sarana penggalian nilai-nilai edukasi juga pendokumentasian sejarah.

Ia menyebut salah satu dari 5 opsi film yang diputar dalam kesempatan itu yaitu Sang Kiai. Masih menurut Anas, film tentang KH Hasyim Asyari tersebut merupakan film tentang dokumentasi sejarah.

“Kiai saat kemerdekaan tidak hanya tinggal diam. Tetapi seorang tokoh di pesantren rela berkorban dan berjuang untuk Kemerdekaan Indonesia,” tandas Anas menjelaskan sekelumit film Sang Kiai.

Kegiatan tersebut merupakan roadshow FFI 2013 yang difasilitasi Direktorat Pengembangan Perfilman Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia dengan menggandeng Pimpinan Cabang (PC) Lakpesdam NU. Kegiatan diisi pameran, diskusi dan pemutaran film FFI.

Diskusi film yang juga menghadirkan sineas muda Jepara, Dedi Setiawan yang mengetengahkan kendala seputar perfilman di Jepara semisal minimnya teknik perfilman, komunitas dan lokasi pemutaran film.

Kegiatan yang diikuti 100 orang dari kine club (komunitas film), mahasiswa, pelajar dan penggiat perfilman tersebut diakhiri dengan pemutaran film “Manusia Setengah Salmon” yang disutradarai Herdanius Larobu adaptasi dari buku-skenario yang ditulis Raditya Dika. (Syaiful Mustaqim/Abdullah Alawi)