Nasional

Juarai Musabaqah Syarh Qawaid Fiqhiyah, Nilna: Saya Ingin Harumkan Almamater Al-Hikmah 2 Brebes

Sab, 22 Oktober 2022 | 21:30 WIB

Juarai Musabaqah Syarh Qawaid Fiqhiyah, Nilna: Saya Ingin Harumkan Almamater Al-Hikmah 2 Brebes

Juara 1 Musabaqah Syarh Qawaid Fiqhiyah tingkat nasional 2022, Nilna Zahwa Zahara. (Foto: Tangkapan Kanal Youtube TVNU)

Jakarta, NU Online

Juara 1 Musabaqah Syarh Qawaid Fiqhiyah tingkat nasional 2022, Nilna Zahwa Zahara, mengaku memiliki motivasi tersendiri ketika dirinya memutuskan untuk mengikuti kompetisi terkait pemahaman kaidah hukum Islam itu. Salah satunya, ia ingin mengharumkan almamater tercinta, Pondok Pesantren Al-Hikmah 2 Brebes, Jawa Tengah.


“Saya ingin mengharumkan nama pesantren. Ingin menunjukkan ke Indonesia dan dunia bahwa ada loh, di Brebes (Jawa Tengah), di pelosok, pondok pesantren yang mana pondok ini mempunyai kapasitas untuk bersaing dengan pondok-pondok lain,” terang Nilna, begitu ia akrab disapa, kepada NU Online, Jumat (21/10/2022).


Tak hanya mengharumkan almamater, capaian yang Nilna raih juga ditujukan sebagai bentuk cinta kasihnya kepada sang orang tua. Nilna merupakan putri dari pasangan KH Marzuki wahid, Rektor Institut Studi Islam Fahmina (ISIF) Cirebon dan Nyai Lia Aliyah.


“Saya juga ingin membahagiakan orang tua. Prestasi ini semoga bisa menjadi penolong di akhirat,” kata perempuan yang bercita-cita melanjutkan studi ke Maroko itu.


Mengikuti perlombaan inisiasi dari Rabithah Ma'ahid Islamiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (RMI PBNU) itu, digunakan Nilna sebagai sarana untuk mengukur potensi diri.


“Aku suka sama tantangan, like I want to challenge myself. Aku ingin menjadikan musabaqah ini sebagai tolok ukur sejauh mana sih, pemahamanku terkait kaidah fiqhiyah, sekuat mana hafalan, dan setangkas apa dalam merespon isu-isu kontemporer berlandaskan kaidah fiqhiyah ini,” jabar Nilna.


Saat ditanya tantangan terbesar apa yang dihadapi ketika maju ke babak grand final, Nilna mengaku cukup tegang untuk menanti pertanyaan-pertanyaan dari dewan juri yang terlontar spontan.


“Tantangan terberat ada di jurinya, yang ngasih pertanyaan spontan. Kita nggak tahu pertanyaannya akan seperti apa dan kasusnya bagaimana. Sedangkan, aku termasuk baru mempelajari Qawaid Fiqhiyah, jadi udah tawakal aja,” ucap dia.


Kendati demikian, dukungan yang diberikan oleh pihak terdekat membuatnya tetap semangat mengikuti perlombaan hingga tuntas. Dari pihak keluarga, Nilna mengaku sang Ayah dan Bunda sangat antusias dan suportif mendapati putrinya yang bertanding dengan 300-an peserta lainnya.


“Ketika aku ngabarin (mengikuti perlombaan), Abi (ayah) mendukung, ‘Nggak apa-apa ikut aja.’. Bahkan nanyain juga ada kitabnya nggak. Karena Abi di rumah dan aku di pondok, jadi dikirim kitab dan terjemahnya juga lewat PDF,”


Selain itu, dari pihak sekolah pun turut memberikan seluruh fasilitas yang dibutuhkan Nilna selama masa persiapan hingga kemenangannya.


“Mau konsultasi mau tanya apa saja, ustadz dan ustadzah sudah diminta untuk stand by di sekolah. Sekolah juga menyediakan laptop, komputer, dan apapun yang aku butuhkan. Bahkan juga ditawari untuk transpor nanti mau mobilnya seperti atau kereta yang mana,” pungkasnya.


Pewarta: Nuriel Shiami Indiraphasa
Editor: Muhammad Faizin