Nasional

Kebanggaan Warga Papua Jadi Kunci Penyelesaian Konflik

Sel, 10 September 2019 | 17:08 WIB

Kebanggaan Warga Papua Jadi Kunci Penyelesaian Konflik

Koordinator Nasional Jaringan Gusdurian Alissa Wahid usai melakukan pertemuan bersama para tokoh agama dan aktivis Hak Asasi Manusia di Gedung PBNU, Jalan Kramat Raya 164, Jakarta, Senin (9/9). (NU Online/Syakir NF)

Jakarta, NU Online
Kondisi Papua mulai stabil seiring berkembangnya waktu. Presiden Joko Widodo juga sudah kembali bertemu dengan tokoh-tokoh Papua pada Selasa (10/9) lalu. Koordinator Nasional Jaringan Gusdurian Alissa Wahid mengungkapkan bahwa kebanggan warga Papua menjadi satu kunci penyelesaian konflik yang kembali mengemuka baru-baru ini.

“Kalau kebanggaan itu sudah ada, bisa selesai dengan sendirinya. Kuncinya di sana,” ujarnya saat ditemui usai melakukan pertemuan dengan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj, beberapa tokoh agama, dan tokoh Hak Asasi Manusia di Kantor PBNU, Jalan Kramat Raya 164, Jakarta, Senin (9/9).

Ronald Rischardt dari Persekutuan Gereja Indonesia (PGI) Biro Papua mengemukakan bahwa Papua pernah heboh karena kebanggaannya atas dilantiknya seorang warga Papua menjadi camat di Tanah Toraja.

“Ada satu orang Papua jadi camat di Toraja. Itu heboh satu Papua karena belum pernah terjadi. Bayangkan kalau ada orang Papua jadi pejabat di tempat lain,” katanya.

Menurutnya, hal tersebut merupakan penghargaan yang luar biasa bagi masyarakat Papua. “Harganya luar biasa itu. Hal yang seperti itu mengangkat mereka punya harkat juga ini,” ujarnya.

Ronald mengatakan bahwa keresahan masyarakat Papua akibat kerap kali mendapatkan tindakan kekerasan. Ia mengibaratkan Papua sebagai anak bungsu dalam suatu rumah yang mungkin ‘bandel’. Mestinya hal yang mereka terima bukanlah siksaan, tetapi arahan yang jelas.

“Orang tua yang bijak, sebandel apa pun kan diarahkan. Tapi ini nggak. Setiap kali bikin salah, pukul. Setiap kali bikin salah, dipukul, disiksa, dimacam-macam. Ya, lama-lama lihat rumah kayak neraka. Ngapain saya tinggal di rumah itu. Lebih baik saya pikir saya keluar saja ya kan itu ibarat seperti itu,” terangnya.

Lebih lanjut, ia mengungkapkan bahwa masih ada tindakan aparat yang masih menggunakan pendekatan represif. “Mudah sekali kibar bendera, dor! Itu banyak sekali,” ungkapnya.

Presiden dalam pertemuan dengan 61 tokoh Papua di Istana Negara, Jakarta, berjanji akan memasukkan 1.000 sarjana yang berasal dari Bumi Cendrawasih itu untuk bekerja di Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

Pewarta : Syakir NF
Editor : Abdullah alawi