Nasional

Kebenaran Harus Menarik Melebihi Kebatilan

Sen, 18 November 2019 | 12:00 WIB

Kebenaran Harus Menarik Melebihi Kebatilan

KH Ahmad Bahauddin Nur Salim (kiri) memberikan materi dalam acara Sarasehan yang diselenggarakan DPC PPP Rembang. (Foto: NU Online/Aan Ainun Najib)

Rembang, NU Online
KH Ahmad Bahauddin Nur Salim atau yang bisa disapa Gus Baha' menjelaskan tentang tips menghadapi kebatilan. Menurut dia, untuk menghadapinya perlu dengan akal sehat dan metode yang benar. Akal sehat tentu menerima kebenaran sudah sewajarnya lebih menarik daripada kebatilan.
 
"Membela kebenaran itu maknanya apa, karena kebenaran itu sudah mempunyai eksistensi secara permanen. Caranya adalah bagaimana kebenaran itu menarik dan kebatilan tidak menarik," jelasnya di auditorium STAI Al-Anwar Sarang Rembang saat acara Sarasehan oleh Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Kabupaten Rembang, Jawa TengahAhad (17/11).
 
Jangan sampai terjadi yang batil itu lebih menarik, sedangkan yang hak tidak menarik. Untuk itu sebagai Muslim harus menunjukkan kebahagiaan dalam beribadah, karena ibadah adalah sebuah kebenaran, dan kebahagiaan sebagai wujud ketertarikan melaksanakannya. Terutama bagi kiai-kiai yang jadi idola santrinya. 
 
"Jangan sampai di dunia ini terjadi yang hak itu tidak menarik dan yang bathil itu menarik. Sehingga menurut saya, kiai gak bahagia itu dosa besar. Karena apa, orang mau jadi kiai, atau mengidolakan kiai karena kiainya bahagia," jelasnya sembari tertawa ringan di depan para hadirin.
 
Kebahagiaan tersebut harus juga ditunjukkan kepada siapa saja. Baik kiai dengan santrinya, kiai saat berada di tengah masyarakat maupun ke keluarganya. Sekali menunjukkan sikap tidak bahagia, figur yang diidolakan tersebut jadi tidak menarik.
 
"Apalagi kalau sampai terjadi, kiainya bertengkar dengan istrinya, tidak akur dengan saudara dan tetangganya, ini jadi figur yang tidak menarik lagi," katanya.
 
Sementara orang-orang yang tidak shalat hidupnya, lanjut Gus Baha', lebih bahagia. Liburannya ke Hawai dan Bali. "Lama-lama orang akan berpikir, kok jadi kiai nasibnya seperti itu, jadi orang tidak shalat kok seperti itu," terangnya.
 
Dengan demikian, sikap bahagia itu harus menjadi target orang saleh setiap tindak tanduknya. Sehingga mampu menjadi teladan yang bisa membuat adem bagi para pengikutnya.
 
"Makanya menurut saya, target yang harus dicapai orang-orang shaleh itu bahagia. Sehingga agama ini oleh Nabi disebut membawa kebahagiaan dunia dan akhirat," tutupnya. 
 
Kontributor: Aan Ainun Najib
Editor: Syamsul Arifin