Nasional

Soal Pertanyaan Sukmawati, Gus Ghofur: Seharusnya Tidak Demikian

Sen, 18 November 2019 | 02:30 WIB

Soal Pertanyaan Sukmawati, Gus Ghofur: Seharusnya Tidak Demikian

KH Abdul Ghofur Maimoen (kanan) menyampaikan materi Islam dan Politik dalam acara Sarasehan yang diselenggarakan DPC PPP Rembang. (Foto: NU Online/Aan Ainun Najib)

Rembang, NU Online
Belakangan ini Sukmawati mengeluarkan pertanyaan yang dinilai kontroversial di tengah masyarakat luas. Salah satu dari putri Presiden pertama Republik Indonesia Soekarno itu seolah hendak membandingkan Nabi Muhammad SAW dan Soekarno. Sebagaimana video yang tersebar di beberapa media sosial, ia mengatakan 'Sekarang saya mau tanya nih semua, yang berjuang di abad 20 itu Nabi yang mulia Muhammad apa Insinyur Soekarno untuk kemerdekaan?'
 
Tak pelak, semenjak vidoe tersebut mulai tersebar mendapat sorotan dari berbagai pihak. Salah satu di antaranya putra almaghfurlah Mbah Moen, KH Abdul Ghofur Maimoen.
 
Ia menegaskan, siapapun anak bangsa tidak boleh mencoba memisahkan Islam dan kebangsaan. Menurutnya, sampai saat ini memang masih banyak ditemui kalangan yang hendak mengaburkan logika, seperti pertanyaan lebih baik mana antara Pancasila dengan Al-Qur'an?
 
"Mohon maaf, kelompok-kelompok yang ultra Islam, apa-apa tidak mau kalau tidak Islam. Kemudian mereka membuat pertanyaan-partanyaan seperti itu. Sebenarnya pertanyaan itu tidak perlu, sama persis menyakitkannya, dan nanti kita akan melihat akibatnya," tegasnya di acara Sarasehan oleh Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Kabupaten Rembang, Sabtu (16/11).
 
Kemudian ada pertanyaan lain yang muatannya tidak jauh berbeda. Misalnya mana yang lebih baik antara Soekarno apa Kanjeng Nabi Muhammad SAW? Semua Muslim khususnya akan mengatakan lebih baik Nabi Muhammad. Namun, ada aspek yang sebetulnya cukup bahaya di balik pertanyaan semacam itu. Bagi yang masih dangkal logikanya seolah akan menegasikan keberadaan Soekarno.
 
"Lalu pertanyaan berikutnya tiba-tiba menjadi begini, kalau begitu kita tidak perlu Soekarno? Kita cukup dengan Nabi Muhammad. Ini kan pertanyaan konyol sekali," jelas Ketua STAI Al Anwar Sarang Rembang ini.
 
Terkait pertanyaan Sukmawati, pria muda yang kerap kali disapa Gus Ghafur ini menegaskan, bahwa tidak sepantasnya ada perbandingan peran kepemimpinan semacam itu, meskipun beda konteks kepemimpinan.
 
Nabi Muhammad SAW, sebagai utusan Allah harus dihormati, terlebih perjuangannya yang luar biasa, penutup para Nabi itu menyebarkan agama Islam di tengah kondisi dan situasi masyarakat yang sama sekali tidak kenal Islam. Begitu juga dengan Soekarno, bangsa Indonesia patut menghormati perjuangannya. Indonesia bisa merdeka atas kiprahnya. 
 
"Seharusnya bukan seperti itu, kita ingin menghormati kanjeng Nabi Muhammad SAW dengan sungguh-sungguh, maka kita juga ingin menghormati orang-orang yang berjasa," pesannya.
 
Bangsa Indonesia mayoritas beragama Islam. Mereka otomatis memuliakan Nabinya sebagai panutan dalam melaksanakan ajaran-ajaran agama Islam. Meski begitu mereka tidak boleh menafikan terhadap aspek kebangsaannya, lantaran hidup dan tumbuh berkembang di negara Republik Indonesia.
 
"Kita berbangsa Indonesia, dalam rangka mencintai agama Islam. Mengapa? karena agama Islam tidak anti terhadap kebangsaan," tutupnya. 
 
Kontributor: Aan Ainun Najib
Editor: Syamsul Arifin