Nasional

Cara Baca Al-Qur’an dengan Fasih Menurut Gus Baha 

Sel, 5 November 2019 | 03:00 WIB

Cara Baca Al-Qur’an dengan Fasih Menurut Gus Baha 

Gus Baha di Pesantren Raudlatut Thalibin, Rembang (NU Online/Hanan)

Rembang, NU Online
Al-Qur’an merupakan kitab suci bagi umat Islam. Siapapun yang membaca Al-Qur’an akan dibalas dengan pahala oleh Allah sesuai dengan apa yang telah dibaca oleh orang tersebut.
 
Di dalam Al-Qur’an terdapat perintah untuk membaca Al-Qur’an secara baik dan tartil, dalam hal ini fasih juga termasuk ke dalamnya. Namun, bagaimana cara supaya dapat membaca Al-Qur’an secara baik, tartil, dan fasih?
 
KH Bahauddin Nur Salim yang biasa dipanggil Gus Baha menjelaskan bagaimana cara agar dapat membaca Al-Qur’an secara fasih. Menurutnya ada beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh pembaca Al-Qur’an sehingga dapat membacanya secara fasih. 
 
“Cobalah Al-Qur'an itu dibaca secara fasih. Kalau ingin secara fasih caranya bagaimana? Kamu harus belajar balaghah, belajar lisanul Arab, belajar mantiq, dan belajar logika,” jelasnya
 
Hal itu disampaikan saat dirinya memberikan mauidzah hasanahnya dalam acara Peringatan Maulid Nabi dan Haul Masyayikh Pesantren Raudlatut Thalibin Leteh, Rembang, Jawa Tengah, Sabtu (2/11) malam.
 
Kiai murid dari almaghfurlah KH Maimoen Zubair ini melanjutkan, jika logika dari orang tersebut belum atau tidak sampai, langkah yang bisa ditempuh adalah dengan mencari mukhal atau kebalikannya. Ini adalah cara dari Syekh Said Ramadhan Al-Buthi dan para ulama Ushul Fiqih.
 
“Kalau logika itu tidak sampai, cari mukhalnya. Ini fatwa Syekh Said Ramadhan Al-Buthi dan para ulama ushul fiqih. Saya ulangi lagi ya, kalau logika kamu tidak sampai, maka cari sisi mukhalnya,” ujarnya.
 
Gus Baha memberikan permisalan dengan mengangan-angankan ada siapa sebelum Allah itu. “Misalnya, kamu mengangan-angan sebelum Allah itu siapa? Sama agama itu tentu dilarang, lalu hentikan pencarian itu. Sesuatu yang maujud itu tentu tidak mungkin disebabkan oleh sesuatu yang tidak ada. Namanya sesuatu yang tidak ada pasti tidak berstatus sebagai pencipta, wong namanya saja tidak ada,” ungkapnya.
 
“Akhirnya alam ini harus didahului oleh sesuatu yang maujud, kemudian oleh Islam, maujud ini disebut dengan Allah Ta'ala,” tambahnya.
 
Sebelumnya, Gus Baha mengatakan bahwa dirinya selalu berdoa kepada Allah agar diberikan kefasihan saat membaca Al-Qur’an.
 
“Saya dulu pernah berdoa berkali-kali kepada Allah bahwa saya ingin membaca Al-Qur'an itu fasih fil ma'na. Fasih itu artinya jelas, runtutan logikanya jelas. Sehingga barokahnya fasih itu logika Al-Qur'an atau logika yang dibangun Al-Qur'an itu benar-benar logika yang diterima oleh siapa saja, termasuk diterima oleh orang kafir,” ungkapnya.
 
Dirinya menceritakan bukti bahwa Al-Qur’an itu bisa diterima oleh siapapun dengan bukti bahwa Sahabat Umar yang langsung bisa memahami isi dari Al-Qur’an, padahal beliau tidak pernah mondok dan mengaji tafsir sebelumnya.
 
“Kita tahu Umar masuk Islam itu sebelum mondok atau setelah mondok? Sebelum mondok, ndak pernah beliau ngaji tafsir, ndak pernah mondok. Tapi beliau dengar Al-Qur'an itu faham. Karena logika yang diutarakan oleh Al-Qur'an itu logika yang sesuai fitrah salimah, sesuai dengan akal yang sehat,” pungkasnya.
 
Dalam acara itu, hadir juga KH Said Aqil Siroj, Habib Said Agil Al-Munawar, KH Yusuf Chudlori, KH Isyroqun Najah, KH A Said Asrori, dan beberapa tamu undangan lainnya.
 
Kontributor: Ahmad Hanan
Editor: Abdul Muiz