Boyolali, NU Online
Di era modern kini, kader PMII dituntut untuk menguasai sains dan teknologi. Tidak hanya ilmu agama, sains perlu dikuasai kader PMII agar semua bidang bisa dimanfaatkan PMII untuk mengabdi di masyarakat terutama ilmu pertambangan yang masih jarang dikuasai oleh mahasiswa di Indonesia.
Direktur Pembinaan Usaha Mineral pada Direktorat Jendral Mineral dan Batu Bara, Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral Republik Indobesia (ESDM), Yunus Saepul Hak, menuturkan forum forum ilmiah seperti Muspimnas PMII harusnya tidak hanya merumuskan soal keagamaan saja, tetapi juga dapat merumuskan masalah oil emgas, masalah lingkungan, dan keselamatan kerja. Meski hanya sebagai penunjang, rumusan tersebut mampu memperluas wawasan kader PMII sehingga kader PMII memiliki bekal yang mumpuni untuk masa depan.
"Dan pada akhirnya ketika nanti jadi pemimpin-pemimpin bangsa yang memberikan satu keputusan yang shaheh dalam artian benar," kata Yunus saat mengisi Seminar Nasional pada Muspimnas PMII di Asrama Haji Donohudan, Boyolali, Jawa Tengah, Ahad (24/2) malam.
Ia menuturkan, setelah menguasai berbagai bidang ilmu, kader PMII harus mengambil bagian dengan menjadi pemimpin bangsa. Karena hanya dengan menjadi pemimpin kader PMII dapat mengabdi dengan cara yang baik dan benar di masyarakat.
Kemudian, tantangan yang harus disikapi PMII agar bisa terus dipercaya oleh masyarakat yakni mengkritisi dengan cara yang santun misalnya dengan melakukan kajian masalah dengan cara yang mendalam.
"Kita bisa memutuskan sesuatu memberikan keputusan yang bijak sehingga bisa memberikan sesuatu untuk rakyat tapi kalau tidak jadi pemimpin ya jadi penonton saja," ujarnya.
Kader PMII harus banyak belajar dengan menguasai berbagai jenis ilmu pengetahuan, jangan hanya mempelajari ilmu agama semata.
Seminar yang mengangkat tema Divestasi PT Freeport untuk Kesejahteraan Rakyat, Benarkah? dihadiri ribuan kader PMII dari Sabang sampai Merauke. Peserta terlihat antusias mengikuti seminar tersebut terbukti meski waktu sudah usai diskusi masih tetap berlanjut. (Abdul Rahman Ahdori/Kendi Setiawan)