Jakarta, NU Online
Mustasyar PBNU KH Muhammad Tolchah Hasan dikabarkan tengah dirawat di rumas sakit. Dokter Hardadi Airlangga, salah satu menantu Kiai Tolchah Hasan mengatakan kondisi terkini Kiai Tolchah.
"Bapak di rawat di Paviliun VIP A Wijaya Kusuma RS Saiful Anwar, Kota Malang. Kondisi terkini kesadaran baik , tanda-tanda vital normal, tapi kondisi lemah," kata Hardadi, Selasa (14/5) pagi ini.
Sebelumnya, salah satu putri Kiai Tolchah, Fathien Furaida mengabarkan Kiai Tholchah beberapa hari terakhir memang kerap keluar-masuk RS. Namun, kabar bahwa kondisi tokoh ayahnya tersebut sedang drop tidaklah benar.
"Keluar-masuk ini karena untuk check up saja. Kan butuh misal kalau harus scan ke RS mana," terangnya.
Pihaknya berharap masyarakat bisa mendoakan kesembuhan Kiai Tholchah yang sedang dirawat di RSSA. "Kami mohon doa saja dari semuanya. Semoga Bapak bisa segera sehat kembali. Mohon doanya ya," katanya.
Kiai Tolchah merupakan Menteri Agama (Menag) pada era Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dan aktif sejak muda di NU. Pada Muktamar NU ke-33 tahun 2015, Kiai Tolchah juga salah satu kiai yang masuk dalam Ahlul Hali wal Aqdi.
Achmad Nur Kholis dalam
artikel yang dimuat NU Online menjelang penyelenggaraan Muktamar NU tahun 2015 menuliskan Kiai Tolchah Hasan atau Prof Dr KH Muhammad Tolchah Hasan, dilahirkan di Tuban Jawa Timur pada 1936. Ia merupakan seorang tokoh yang multi dimensi, sebagai ulama, tokoh pendidikan, pegiat organisasi yang tekun dan juga seorang tokoh yang aktif di pemerintahan.
Sebagai seorang ulama, tulis Nur Kholis, Kiai Tolchah adalah sosok dengan keilmuan yang mendalam. Penguasaannya terhadap teks-teks agama ditunjukkan dengan aktivitasnya mengajar di pondok pesantren dan di berbagai perguruan tingi. Sebagai seorang tokoh agama ia juga mampu menciptakan pemikiran-pemikiran segar dalam pemahan terhadap agama. Buku populer yang ia tulis (disamping banyak karya yang lain) adalah Ahlussunnah wal Jamaah dalam Tradisi dan Persepsi NU.
Perannya sebagai ulama juga ditunjukkan dengan eksistensi Masjid Sabilillah di Singosari Malang yang dibangun bersama salah seorang founding father NKRI, KH Masykur. KH Masykur menunjuk kiai alumni Tebuireng ini sebagai ketua panitia pembangunan masjid itu.
Kiai Tolchah mampu mengembangkan Masjid Sabilillah menjadi sebuah masjid yang tidak hanya menonjol sebagai tempat ibadah, melainkan tempat pengembangan masyarakat dengan memberdayakan masjid berperan dalam berbagai bidang kehidupan masyarakat. Hal ini ditunjukkan dengan adanya sekolah mulai tingkat dasar sampai lanjutan, kegiatan sosial ekonomi dengan adanya LAZIS Sabilillah, Poliklinik sebagai pusat kesehatan masyarakat.
"Semuanya itu dikelola dengan baik di bawah Masjid Sabilillah. Hal demikian ini menunjukkan bahwa KH Tolchah mampu mengembangkan masjid sebagai pusat peradaban seperti masa lalu," tulis Nur Kholis. (Kendi Setiawan)