Kesultanan Yogyakarta Anak Biologis Kerajaan Islam
NU Online · Sabtu, 4 Mei 2013 | 18:03 WIB
Sleman, NU Online
Wakil Rais Syuriyah PWNU DI Yogyakarta M. Jadul Maula mengatakan, Kesultanan Ngayogyakarto Hadiningrat merupakan anak biologis dan ideologis raja-raja Islam terdahulu, yaitu Kerajaan Pajang dan Demak. Karena itulah eksistensinya harus dipertahankan.
<>
Hal itu dikatakan Jadul pada diskusi santai di markas Pengurus Cabang Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Sleman, di Jl. Gejayan Gg. Anggrek Santren Caturtunggal Depok Sleman, Yogyakarta, Jum’at sore (3/5).
Yogyakarta, lanjut Jadul, dikenal sebagai daerah yang begitu menjunjung tinggi kearifan budaya lokal dan pluralisme agama. Tapi kini semakin terancam dengan polemik yang melanda. Baik itu terkait dengan UU Keistemewaan DIY, maupun gelar kesultanan yang disinyalir memiliki indikasi pendiskriminasian terhadap salah satu agama, “Yang mengatakan itu diskriminatif, dia itu a-historis,” papar Kang Jadul, sapaan akrab Jadul Maula.
Menurut Kang Jadul, untuk menanggapi berbagai polemik yang muncul, seharusnya warga, terutama warga NU dan pesantren di luar kraton-lah yang harus segera bergerak. Hubungan antara kraton dengan pesantren, itu seperti NU dengan pesantren, “Jadi keduanya selalu berhubungan sinergis dalam hal mempertahankan kearifan budaya lokal,” tambahnya.
Ia mengimbau supaya ormas-ormas Islam, terutama anak-anak muda NU seperti PMII, IPNU, IPPNU dan yang lainnya harus bersama-sama memikirkan ini, dan kemudian mengambil sikap, “Kita harus bergerak, sebelum semuanya terlambat,” tandas sosok yang pernah menjabat direktur LKiS tersebut.
Jadul yang Ketua Lesbumi DIY itu berpendapat, satu-satunya kekhalifahan Islam yang masih utuh di Indonesia adalah Jogja. Kalau itu tidak dijaga, maka akan kehilangan acuan ketika terjadi krisis bangsa.
Diskusi digelar karena PMII Sleman tersebut menanggapi polemik “Gonjang-ganjing Suksesi Kesultanan DIY”; berkaitan dengan siapa pewaris tahta Sultan HB X, dan ancaman terhadap akan tergerusnya kearifan lokal DIY.
Redaktur : Abdullah Alawi
Kontributor : Dwi Khoirotun Nisa’
Terpopuler
1
Niat Puasa Arafah untuk Kamis, 5 Juni 2025, Raih Keutamaan Dihapus Dosa
2
Menggabungkan Qadha Ramadhan dengan Puasa Tarwiyah dan Arafah, Bolehkah?
3
Takbiran Idul Adha 1446 H Disunnahkan pada 5-9 Juni 2025, Berikut Lafal Lengkapnya
4
Khutbah Idul Adha: Mencari Keteladanan Nabi Ibrahim dan Ismail dalam Diri Manusia
5
Panduan Shalat Idul Adha: dari Niat, Bacaan di Antara Takbir, hingga Salam
6
Terkait Polemik Nasab, PBNU Minta Nahdliyin Bersikap Bijak dan Kedepankan Adab
Terkini
Lihat Semua