Nasional

Ketika Kritik dan Argumentasi Jadi Model Pembangunan Pendidikan

Kam, 5 Januari 2023 | 22:00 WIB

Ketika Kritik dan Argumentasi Jadi Model Pembangunan Pendidikan

Seminar Interbasional Kritik dan Argumentasi sebagai Model dalam Pendidikan di Universitas Nahdlatul Ulama Alghazali (Unugha) Cilacap, Jawa Tengah, Rabu (4/1/2022). (Foto: NU Online/Naeli Rokhmah)

Cilacap, NU Online

Ada banyak model ditawarkan dalam dunia pendidikan, sehingga tidak ada model yang stagnan. Di antara sekian banyaknya model pendidikan yang ditawarkan adalah kritik dan argumentasi yang menjadi tema bahasan dalam Seminar Internasional Kritik dan Argumentasi sebagai Model dalam Pendidikan. Seminar ini berlangsung di Universitas Nahdlatul Ulama Alghazali (Unugha) Cilacap, Jawa Tengah, Rabu (4/1/2022).


Disampaikan oleh Rektor Unugha Cilacap KH Nasrulloh Muhson, lahirnya model-model baru karena dipengaruhi oleh pemikiran dan pengalaman beragama yang kemudian diimplementasikan dalam dunia akademik dengan menyelaraskan nilai tauhid, fiqih Syafi'i; Syafi’iyah, dan sufiyah Imam Ghazali.


Dalam paparannya, Wakil Rektor bidang Akademik, Umi Zulfa mengelaborasikan tema Criticism/Critical Thinking yang merupakan kemampuan yang harus ditanamkan kepada para pembelajar.


"Pengajaran yang berfokus pada pengembangan pemikiran kritis dapat menggunakan sejumlah metode, antara lain, object-based learning (pembelajaran berbasis objek), project-based learning (pembelajaran berbasis projek), dan masih banyak lagi," ungkap Umi Zulfa.


Umi menekankan juga bahwa keberhasilan pembelajaran berbasis pemikiran kritis akan sangat bermanfaat, misalnya dalam bidang pengelolaan pendidikan tinggi.


"Pemikiran kritis akan mampu melahirkan pemimpin yang dapat melaksanakan tiga tahap pengelolaan/manajemen; proper management, good management, dan effective management," sambungnya.

 

Pada sesi kedua, Dr Rahmi Oruç dari Argumunazara Center Department of Comparative Literature, Ibn Haldun University, Turkey menjelaskan tentang metode pendidikan lain, yaitu argumentasi yang ia sebut munazara. Munazara sendiri adalah argumentasi yang mengedepankan rasionalitas dan kritisisme.

 

Munazara secara harfiah adalah penyelidikan dan argumentasi. Sedangkan secara teknis, munazara berarti perilaku berbudi luhur untuk argumentasi dialogis dan monologis. Dr Rahmi menyebut bahwa masyarakat Indonesia sebenarnya sudah menerapkan metode ini sejak dulu khususnya kalangan pesantren seperti pada kegiatan bahtsul masail.


Pihaknya juga menjelaskan dengan terperinci mulai dari riwayat perkembangan metode ini dalam taraf perdebatan antarimam dari era Imam Syafi’i hingga perkembangan dalam level antarinstitusi pada abad pertengahan, hingga perkembangan kontemporer dewasa ini.


"Salah satu hal pokok yang disoroti untuk metode argumentasi/munazara adalah bahwa metode ini diterapkan untuk individu atau kelompok dengan taraf keilmuan setara (peer debate) sehingga menghindari kemungkinan penolakan dari kalangan madrasah misalnya, yang tentu saja menganggap mendebat pemimpin sebagai tindakan tidak bijak," kata Dr Rahmi Oruc.


"Bagaimanapun juga, argumentasi model munazara masih dalam pengkajian lebih lanjut terutama di Argumunazara Center Department of Comparative Literature, Ibn Haldun University, oleh karena itu, kita tunggu saja manfaat implementasinya di kalangan pendidikan tinggi setelah studi ini tuntas,” tegasnya.

 

Seminar yang digelar di Kampus Unugha Cilacap ini diikuti oleh para dosen, mahasiswa, dan khalayak umum baik secara daring maupun luring. Dalam kesempatan tersebut juga dilakukan penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) antara Universitas Nahdlatul Ulama Al Ghazali Cilacap dengan Argumunazara Center Department Of Comparative Literature, Ibn Haldun University untuk melakukan seminar Internasional serta kerja sama dalam studi terkait Munazarah. 


Kepada NU Online, Umi Zulfa mengungkap bahwa seminar ini digelar dengan tujuan meningkatkan SDM Kampus Unugha.


"Ini adalah tuntutan dan kesadaran untuk upgrade kualitas SDM Unugha dan kinerja universitas," katanya.


Ia pun berharap seminar internasional ini bisa meningkatkan budaya akademik.


"Harapannya mampu meningkatkan budaya akademik dengan melakukan kerjasama dan penyelenggaraan event akademik tingkat internasional. Ada event, dan luaran publikasi karya akademik seperti prosedin, seminar, jurnal dan lainnya," sambungnya.


Banyak pihak berharap kegiatan semacam ini bisa diselenggarakan setiap tahun dengan tambahan jenis yang lain seperti International Conference and Call Paper.


Kontributor: Naeli Rokhmah
Editor: Kendi Setiawan