Nasional

Ketua PBNU: Saatnya Literasi Digital Masuk Kurikulum Pendidikan di Indonesia

Sab, 16 Juli 2022 | 00:30 WIB

Ketua PBNU: Saatnya Literasi Digital Masuk Kurikulum Pendidikan di Indonesia

Ketua PBNU Mohamad Syafi' Alieha (Savic Ali) saat berbicara di TV9. (Foto: Istimewa)

Jakarta, NU Online
Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Mohamad Syafi' Alieha (Savic Ali) mengingatkan bahwa saat ini masyarakat telah masuk ke kehidupan digital. Masyarakat saat ini sudah hidup dalam dua dunia, yakni dunia nyata dan dunia maya. Terlebih generasi muda saat ini nyaris tidak bisa dipisahkan dari aktivitas digital.


Oleh karena itu, menurut Savic, sudah saatnya literasi digital masuk ke kurikulum pendidikan di Indonesia. Pasalnya, realitas digital saat ini sudah menumbuhkan fenomena di mana generasi muda rela melalukan apa saja, positif maupun negatif, demi konten digital media sosial.


“Ini menjadi tantangan di dunia pendidikan. Urusan realitas digital ini, literasi digital ini harus masuk di (kurikulum) pendidikan dasar kita. Beberapa negara di Eropa sudah melakukan itu,” ungkapnya dalam diskusi yang ditayangkan TV9 New Media, Jumat (15/7/2022).


Dengan masuknya literasi digital dalam kurikulum pendidikan ini, masyarakat khususnya para generasi muda akan memiliki pengetahuan bagaimana bermedia sosial dengan bijak, belajar dari sumber yang jelas, dan bisa memilah serta memilih informasi mana yang valid di medsos.


Dengan literasi digital, masyarakat juga akan mampu menggunakan informasi yang beredar dengan melihat apakah itu bisa memberi efek positif atau negatif bagi dirinya dan juga orang lain.


Dengan semakin menguatnya literasi digital, imbuhnya, masyarakat akan semakin menyadari pentingnya belajar menverifikasi sebuah informasi seperti mekanisme dalam menentukan sahih tidaknya sebuah hadits.


“Jika unsur sanad (pembawa berita) bisa dipercaya dan matan (redaksi berita) masuk akal maka bisa mengarah kepada validitas berita tersebut,” tutur Savic.


“Prinsipnya kita nggak boleh nge-share konten yang kita tidak mengenal atau tidak tahu atau tidak bisa mengidentifikasi siapa penulisnya atau websitenya," tegasnya pria yang pernah menjadi Direktur NU Online ini.


Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa perkembangan informasi dan teknologi adalah sebuah keniscayaan. Sebagai masyarakat yang sadar perubahan, perkembangan dunia digital harus diambil hal positifnya dan ditinggalkan aspek yang mampu mendatangkan madarat atau kerugian.


“Perkembangan dunia teknologi itu nyaris tak terelakkan dan itu diadopsi oleh hampir seluruh dunia. Selalu ada sisi baik dan buruknya,” jelasnya.


Dalam diskusi tersebut juga dijelaskan perkembangan NU Online yang saat ini sudah memasuki umur ke-19. Kehadiran NU Online juga dalam rangka mengedukasi dan meningkatkan kemampuan literasi digital masyarakat sehingga mendapatkan pencerahan, khususnya dalam bidang agama.


Pewarta: Muhammad Faizin
Editor: Musthofa Asrori