Nasional

Ketum PB PMII Sebutkan Langkah agar Bonus Demografi Tidak Jadi Bencana

Ahad, 4 April 2021 | 07:00 WIB

Ketum PB PMII Sebutkan Langkah agar Bonus Demografi Tidak Jadi Bencana

Ketum PB PMII M Abdullah Syukri mengatakan bonus demografi menjadi tanggung jawab semua stakholder bangsa dalam mengelola dan memanfaatkannya. (Foto: istimewa)

Jakarta, NU Online

Bonus demografi diperkirakan akan mencapai puncaknya pada tahun 2045. Ketua Umum Pengurus Besar (PB) Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Muhammad Abdullah Syukri, mengatakan adanya bonus demografi, jika tidak dimanfaatkan dan dikelola secara baik, akan menjadi bencana demografi.

 

"Ketika angka produktif secara kuantitas jumlahnya sangat besar, akan tetapi minim daya kreatifitas, produktifitas, dan inovasi, maka yang akan terjadi ialah pembengkakan jumlah penduduk semata dan menjadi beban bagi negeri," kata pemuda yang akrab disapa Abe itu dalam diskusi virtual, Sabtu (3/4). 

 

Menurut lulusan Universitas Duisberg Essen Jerman, bidang Ilmu Politik dan Pemerintahan, hal ini menjadi tanggung jawab semua stakeholder yang ada di Indonesia, terlebih para pemuda yang memiliki peran seperti PMII. Hal yang sangat penting bahwa tidak cukup jika hanya dengan membekali kader-kader sebatas ideologi.

 

"Saya kira hal itu sudah selesai di tataran kaderisasi kita. Yang menjadi tantangan ialah seperti skill yang memang selaras dengan kebutuhan sesama. Bagaimana kemudian PMII mampu menghasilkan kader yang profesional di bidangnya masing-masing," tambahnya. 

 

Lebih lanjut, Alumni Pondok Pesantren Al Anwar Sarang, Rembang itu menegaskan, organisasi kepemudaan sudah mampu melahirkan dokter muda, arsitek, pemuda agama yang bahasanya segar dan menyejukkan, dan para pelaku ekonomi yang memiliki komitmen kebangsaan dan keislaman yang sangat jelas. 

 

Dalam hal itu juga, Abe menegaskan, jika tantangan organisasi ke depan akan semakin komplek. Oleh sebab itu ia sepakat terhadap pengembangan organisasi berbasis digital, menurutnya tak ada alasan jarak dalam membangun konektivitas agar dapat terhubung dengan kader-kader yang berada di daerah jauh. 

 

Menurutnya hal yang sangat penting, selain pengelolaan dan manajemen organisasi ialah tata kelola database. Sehingga, dapat terbaca potensi internal yang ada di dalam PMII dan mana saja yang perlu dikembangkan dan diperkuat agar bisa menjadi satu titik krusial, sehingga dapat bersinergi dengan pemerintah, sektor swasta, dan kelompok civil society lainnya. 

 

"Sehingga peran PMII jadi semakin berdiaspora, berbasis ilmu pengetahuan yang berbagai macam. Akan tetapi, tetap dalam ikatan kebangsaan, keislaman, dan kemudian bisa menstabilisasi pembangunan nasional 24 tahun mendatang," tegasnya.

 

Kontributor: Disisi Saidi Fatah
Editor: Kendi Setiawan