Pekalongan, NU Online
Tiga minggu yang lalu, tepatnya tanggal 26 Oktober 2018, Gerakan Pemuda Ansor telah mengakhiri perjalanan Kirab Satu Negeri. Selama 41 hari, dimulai sejak tanggal 16 September 2018, dari 5 titik terdepan Indonesia; Merauke, Miangas, Pulau Rote, Nunukan, dan Sabang.
Sebanyak 85 pataka Merah Putih dikibarkan, diarak melintasi 34 provinsi, 188 kabupaten/kota, dan menjumpai jutaan saudara
sebangsa dari beragam latar belakang budaya, etnis, suku, agama dan bahasa.
Hal tersebut disampaikan Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Gerakan Pemuda (GP) Ansor, H Yaqut Cholil Qoumas di hadapan Persiden RI H Joko Widodo dan ratusan ribu anggota Barisan Ansor Serbaguna (Banser) yang menggelar acara Peringatan Maulid Nbi Muhammad SAW dan Hari Pahlawan di Alun-alun Kajen Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah, Kamis (22/11) malam.
"Ada 85 pataka Merah Putih menjadi saksi atas berbagai dialog kebangsaan yang digelar, silaturahmi sesama anak bangsa, pengajian, ziarah dan doa untuk negeri, konvoi dan upacara bendera, pagelaran seni, dan perlombaan-perlombaan," ujarnya
disambut tepuk tangan Banser.
Selain itu lanjutnya, ada kegiatan penanaman pohon, bakti sosial, dan pengibaran bendera di puncak gunung, di persawahan, di atas perahu menyusuri sungai, hingga di bawah laut Raja Ampat.
"Bahkan, kontingen Kirab juga menyapa dan berbagi empati dengan saudara-saudara kita korban gempa di NTB dan korban gempa dan tsunami di Sulawesi Tengah," jelas Gus Yaqut panggilan akrabnya.
Dikatakan, Kirab Satu Negeri telah mencatatkan 2 Rekor MURI untuk pembentangan kain Merah Putih terpanjang di perbatasan Indonesia di Jayapura, dan rekor menjahit bendera Merah Putih terbanyak di halaman kediaman Ibu Negara pertama, Ibu Fatmawati di Bengkulu.
"Semua ini kita lakukan, karena kita ingin konsensus kebangsaan Indonesia tetap kokoh, Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, NKRI dan UUD 1945 tetap menjadi pengikat bagi bangsa yang sangat majemuk ini," tandasnya.
Ketua Umum PP GP Ansor itu mengaku prihatin dengan fakta masih adanya sekelompok kecil orang yang tidak bisa menghargai jasa para pahlawan dan pendiri bangsa dengan berupaya mengubah Pancasila, NKRI dan UUD 1945 yang telah disepakati dengan dasar negara lain, dengan bentuk negara lain dan konstitusi negara yang lain.
"Untuk itulah pada kesempatan yang baik ini, dalam rangka emperingati Maulid Nabi Muhammad SAW, seraya memohon pertolongan Allah SWT dan syafaat Rasulullah SAW, Gerakan Pemuda Ansor mengingatkan kita semua pentingnya mengembalikan fungsi agama sebagai jalan spiritual dan sebagai rahmah atau sumber kasih sayang dan perdamaian," pungkasnya. (Muiz)