Nasional

KH Achmad Chalwani: Jangan Terkecoh dengan Istilah Rumah Tahfiz

Sel, 14 Desember 2021 | 13:15 WIB

KH Achmad Chalwani: Jangan Terkecoh dengan Istilah Rumah Tahfiz

KH Achmad Chalwani. (Foto: Pesantren Annawawi Barjan, Purworejo).

Jakarta, NU Online
Wakil Rais Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Tengah KH Achmad Chalwani mengingatkan masyarakat untuk berhati-hati dalam memilih rumah tahfiz ataupun pesantren bagi pendidikan putra-putrinya. Kiai Chalwani mengingatkan pentingnya melihat silsilah atau sanad keilmuan dari guru yang mengajar pada lembaga rumah tahfiz yang digunakan untuk menghafalkan Al-Qur’an.

 

“Penting sekali masuk pesantren. Tapi kita hati-hati. Hari ini, ada pesantren betul-betul pesantren, tapi ada pesantren cuma casing (bungkus) saja pesantren, tapi softwarenya bukan pesantren,” kata Kiai Chalwani di kanal Youtubenya, Ahad (12/12/2021).

 

Hal ini menurutnya juga pernah diingatkan oleh KH Chudlori, Pendiri Pesantren Tegalrejo Magelang Jawa Tengah, yang menyebut  ada dua jenis pesantren yang ada di tengah-tengah masyarakat. “Ada pesantren plastik, ada pesantren besi,” sebutnya mengutip perkataan Kiai Chudlori.

 

Pesantren besi lanjutnya adalah pesantren yang memiliki sanad keilmuan jelas dan berpaham Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja). Sedangkan pesantren plastik adalah pesantren yang tak jelas sanadnya. “Kalau masuk ke pesantren jangan hanya lihat ada  tulisan ‘Pondok Pesantren’ terus masuk. Jangan begitu. Tanya sama pengurus NU. Tanya sama kiai,” tegasnya.

 

Ia mengungkapkan fenomena di berbagai daerah khususnya di perkotaan banyak bermunculan rumah tahfiz plastik. “Hati-hati. Jangan terkecoh dengan istilah rumah tahfiz,” Kiai Chalwani mengingatkan.

 

Menurutnya, sanad Al-Qur’an dan Qira’ah Sab’ah di Indonesia ini hanya dari KH Munawir Krapyak Yogyakarta. Dan satu-satunya murid Kiai Munawir yang khatam Qira’ah Sab’ah adalah KH Arwani dari Kudus.

 

Terkait pentingnya silsilah ilmu agama ini, Pendiri Nahdlatul Ulama KH Hasyim Asy’ari dalam Qanun Asasi NU telah mengingatkan bahwa ilmu pengetahuan merupakan bagian dari agama dan penting untuk memperhatikan dari mana ilmu pengetahuan tersebut didapatkan.

 

I’lam anna hadza ilma dinun, falyandzur ahadukum 'amman ya'khudzu dinahu. Ketahuilah bahwa ilmu agama adalah agama. Maka ketika kalian mengambil ilmu agama harus jelas dari siapa kalian mengambilnya. Jangan asal ambil,” tegasnya.

 

Hal ini sudah dicontohkan oleh KH hasyim Asy’ari sendiri yang merupakan sosok ulama dengan silsilah keilmuan yang jelas. Di bidang syariat, beliau adalah murid dari Syaikhona Khoili Bangkalan. Di bidang tarekat, beliau bersanad kepada KH Mahfud Termas Pacitan dan seterusnya sampai Syekh Abdul Qadir Jaelani.

 

Pewarta: Muhammad Faizin
Editor: Aiz Luthfi