Nasional NGAJI TASAWUF

KH Luqman Hakim Jelaskan Pentingnya Ilmu untuk Menuju Allah

Sab, 9 Januari 2021 | 07:45 WIB

KH Luqman Hakim Jelaskan Pentingnya Ilmu untuk Menuju Allah

KH M. Luqman Hakim. (Foto: Sufinews Official)

Jakarta, NU Online

Syariat Islam menegaskan bahwa ilmu hanya akan mampir pada hati dan jiwa yang bersih. Petunjuk tersebut cukup bagi umat Islam untuk senantiasa menjaga kebersihan hati dan jiwa dalam bentuk perilaku yang baik.


Hal itu ditegaskan oleh KH M. Luqman Hakim bahwa ilmu yang didapat oleh manusia harus bisa menuntunnya ke jalan Allah SWT. Karena kalau tidak, ilmu itu laksana fakta-fakta sunyi tanpa ruh.


“Ilmu pengetahuan itu laksana bintang yang mengetuk pintu hatimu, agar bangun dari lelap tidur kealpaannya, untuk terus membubung menuju Ma'rifah kepada-Nya. Jika tidak demikian, ilmu pengetahuan hanyalah fakta-fakta sunyi tanpa ruh, bahkan mematikan Cahaya Peradaban Ilahi,” jelas Kiai Luqman dikutip NU Online, Sabtu (9/1) dari akun Twitternya.

 

 

Persoalan yang lekat dengan pembahasan ilmu ialah manfaatnya, baik di dunia maupun di akhirat. Perihal itu, Kiai Luqman mendorong setiap individu untuk bertanya kepada dirinya sendiri.


“Kita harus bertanya pada diri sendiri, apakah ilmu kita ini manfaat dunia dan akhirat? Atau manfaat di dunia belaka? Sejauh mana ilmu itu menghantar kepada Allah SWT?” ucap Pengasuh Pesantren Ma’had Aly Raudhatul Muhibbin Caringin, Bogor ini.

 

 

Menurut penulis buku Psikologi Sufi ini, ilmu juga tidak berhenti pada persoalan benar dan salah tanpa kebajikan. Hal itu layaknya hanya melihat hitam dan putih, padahal Allah menciptakan dunia berbagai warna.


“Jangan biarkan ilmu berhenti pada salah dan benar, kemudian membusuk menyiksa diri kita tanpa amaliah kebajikan,” ujar Kiai Luqman.

 

 

Kiai Luqman yang juga mengelola Majalah Cahaya Sufi, situs sufinews.com, dan kanal Youtube Sufinews Official itu juga menekankan pentingnya belajar ilmu kepada guru-guru mulia yang ahli di bidangnya dan jelas sanad keilmuannya.


Kiai Luqman mengutip Al-Qur’an Surat Al-Isra ayat 36 yang menyebut:


“Janganlah kamu mengikuti sesuatu yang kamu tidak mempunyai ilmu tentangnya, sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, itu semua akan dimintai pertanggungjawaban.”


“Segalanya harus didasarkan ilmu, dan ilmu perlu proses sampai ahli. Apalagi ilmu agama. Ayat di atas menunjukkan hubungan simbiotik, yaitu metodologi, ontologi, dan aksiologi,” ungkap Kiai Luqman.


Pewarta: Fathoni Ahmad

Editor: Muchlishon