KH Miftachul Akhyar Sebut Hawa Nafsu Biang Kerok Keruwetan dan Ketidaktaatan
NU Online · Senin, 22 Januari 2024 | 07:00 WIB
Syarif Abdurrahman
Kontributor
Jakarta, NU Online
Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Miftahul Akhyar menjelaskan, kebanyakan akar dari masalah manusia di muka bumi adalah ketaatan dan rela dikontrol oleh hawa nafsunya.
Sebagai seorang manusia berakal dan memiliki Al-Qur'an sebagai pedoman, kata Kiai Miftach, kaum muslimin seharusnya yang mengontrol hawa nafsu. Bukan sebaliknya, jadi budak hawa nafsu.
Baca Juga
Dua Cara Menundukkan Hawa Nafsu
"Hawa nafsu biang kerok dari keruwetan, segala ketidaktaatan," jelas Kiai Miftach saat menyampaikan taushiyah pada Harlah ke-78 Muslimat NU di Gelora Bung Karno Jakarta, Sabtu lalu.
Kiai Miftach mengatakan, hawa nafsu yang tidak terkendali jadi pokok dan dasar dari kemaksiatan atau penentangan kepada Sang Khaliq.
Dia juga mengatakan, hawa nafsu yang liar juga awal dari segala lupa. Dengan tidak bisa menjaga diri dan mengontrol syahwat sama halnya dengan rela dan ridho dikontrol oleh hawa nafsunya, ambisinya, syahwatnya.
"Ini merupakan asal pokok dari segala kemaksiatan dan lupa atas jati diri," imbuh KH Miftahul Akhyar.
Hawa nafsu yang tidak terkontrol secara baik, kata Kiai Miftah, akan menciptakan ambisi yang menggebu-gebu untuk mencapai tujuannya. Terkadang demi menuruti kemauan hawa nafsu yang liar, seseorang menghalalkan segala cara.
Hawa nafsu tersebut bisa meliputi hawa nafsu ingin berkuasa, ingin dihormati, ingin kaya, ingin makan, dan lain sebagainya.
Manusia, kata Kiai Mifatch, khususnya Muslimat NU yang terdiri dari ibu-ibu harus bisa mengendalikan diri karena ibu tiang negara. Semua manusia terbaik, khususnya Rasulullah lahir dari seorang perempuan.
Perempuan ibarat madrasah, tempat penggemblengan, tempat menempa calon pemimpin yang baik, dari ibu-ibu inilah lahir para pemimpin. Kemudian lahirlah sebuah masyarakat yang baik. Dari masyarakat yang baik maka lahirlah sebuah negara baik. Semua itu atas jasa-jasanya para ibu semua.
"Kebalikan, jika bisa mengontrol hawa nafsu, tidak dikendalikan hawa nafsu. Maka akan timbul sikap ketundukan pada Tuhan, ketaatan, menghormati, baik pada pimpinan pemerintahan atau sesama karena tidak mau dikontrol nafsunya," tandas Kiai Miftach.
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Refleksi Kemerdekaan, Perbaikan Spiritual dan Sosial Menuju Indonesia Emas 2045
2
Prabowo Klaim Selamatkan Rp300 Triliun APBN, Peringatkan Risiko Indonesia Jadi Negara Gagal
3
Khutbah Jumat Bahasa Sunda: Ngeusian Kamerdekaan ku Syukur jeung Nulad Sumanget Pahlawan
4
Taj Yasin Pimpin Upacara di Pati Gantikan Bupati Sudewo yang Sakit, Singgung Hak Angket DPRD
5
Gus Yahya Cerita Pengkritik Tajam, tapi Dukung Gus Dur Jadi Ketum PBNU Lagi
6
Ketua PBNU: Bayar Pajak Bernilai Ibadah, Tapi Korupsi Bikin Rakyat Sakit Hati
Terkini
Lihat Semua