Nasional

KH Miftachul Akhyar Sebut Hawa Nafsu Biang Kerok Keruwetan dan Ketidaktaatan

Sen, 22 Januari 2024 | 07:00 WIB

KH Miftachul Akhyar Sebut Hawa Nafsu Biang Kerok Keruwetan dan Ketidaktaatan

Rais Aam PBNU, KH Miftachul Akhyar. (Foto: tangkapan layar Youtuber Multimedia KH Miftachul Akhyar)

Jakarta, NU Online

Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Miftahul Akhyar menjelaskan, kebanyakan akar dari masalah manusia di muka bumi adalah ketaatan dan rela dikontrol oleh hawa nafsunya.


Sebagai seorang manusia berakal dan memiliki Al-Qur'an sebagai pedoman, kata Kiai Miftach, kaum muslimin seharusnya yang mengontrol hawa nafsu. Bukan sebaliknya, jadi budak hawa nafsu.


"Hawa nafsu biang kerok dari keruwetan, segala ketidaktaatan," jelas Kiai Miftach saat menyampaikan taushiyah pada Harlah ke-78 Muslimat NU di Gelora Bung Karno Jakarta, Sabtu lalu.


Kiai Miftach mengatakan, hawa nafsu yang tidak terkendali jadi pokok dan dasar dari kemaksiatan atau penentangan kepada Sang Khaliq.


Dia juga mengatakan, hawa nafsu yang liar juga awal dari segala lupa. Dengan tidak bisa menjaga diri dan mengontrol syahwat sama halnya dengan rela dan ridho dikontrol oleh hawa nafsunya, ambisinya, syahwatnya.

 

"Ini merupakan asal pokok dari segala kemaksiatan dan lupa atas jati diri," imbuh KH Miftahul Akhyar.


Hawa nafsu yang tidak terkontrol secara baik, kata Kiai Miftah, akan menciptakan ambisi yang menggebu-gebu untuk mencapai tujuannya. Terkadang demi menuruti kemauan hawa nafsu yang liar, seseorang menghalalkan segala cara.


Hawa nafsu tersebut bisa meliputi hawa nafsu ingin berkuasa, ingin dihormati, ingin kaya, ingin makan, dan lain sebagainya.


Manusia, kata Kiai Mifatch, khususnya Muslimat NU yang terdiri dari ibu-ibu harus bisa mengendalikan diri karena ibu tiang negara. Semua manusia terbaik, khususnya Rasulullah lahir dari seorang perempuan.


Perempuan ibarat madrasah, tempat penggemblengan, tempat menempa calon pemimpin yang baik, dari ibu-ibu inilah lahir para pemimpin. Kemudian lahirlah sebuah masyarakat yang baik. Dari masyarakat yang baik maka lahirlah sebuah negara baik. Semua itu atas jasa-jasanya para ibu semua.


"Kebalikan, jika bisa mengontrol hawa nafsu, tidak dikendalikan hawa nafsu. Maka akan timbul sikap ketundukan pada Tuhan, ketaatan, menghormati, baik pada pimpinan pemerintahan atau sesama karena tidak mau dikontrol nafsunya," tandas Kiai Miftach.