Nasional

KH Nasaruddin Umar: Musibah dan Ujian itu Surat Cinta Tuhan

Sab, 11 Juni 2022 | 07:00 WIB

KH Nasaruddin Umar: Musibah dan Ujian itu Surat Cinta Tuhan

Musibah atau ujian yang menimpa seseorang itu memiliki fungsi sebagai pencuci dosa masa lampau.

Jakarta, NU Online

Rais Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) masa khidmah 2022-2027 Prof KH Nasaruddin Umar menyebut bahwa musibah dan ujian merupakan surat cinta dari Tuhan kepada hamba-Nya.


Hal ini sebagaimana yang ia sampaikan dalam video yang diunggah oleh kanal Majelis Telkomsel Takwa https://www.youtube.com/watch?v=o6ssV9ejB_o yang diakses oleh NU Online pada Sabtu (11/6/2022).


“Penyakit, penderitaan, musibah itu surat cinta Tuhan,” ucap Prof Nasaruddin.


Sosok yang juga merupakan imam besar Masjid Istiqlal Jakarta ini kemudian mengutip hadits yang menjelaskan bahwa musibah atau ujian yang menimpa seseorang itu memiliki fungsi sebagai pencuci dosa masa lampau.


“Di hadits lain, tanda-tanda kalau Allah mencintai hamba-Nya, Dia mendatangkan musibah untuk menghapuskan dosa masa lampau hamba-Nya agar lunas nanti di akhirat sehingga tidak perlu lagi transit di neraka,” jelasnya.


Prof Nasaruddin mengatakan bahwa andai saja orang yang tengah diuji mau mengambil hikmah di balik musibah, penyakit, atau ujian yang tengah menimpanya, niscaya orang itu akan mau bersyukur atas apa yang sedang ia terima.


“Hanya karena kita tidak paham apa hikmah di balik penderitaan itu, maka kita tidak mensyukurinya, bahkan kita mengeluh,” tuturnya.


Ketua Yayasan Al-Ikhlas Ujung Bone Sulawesi Selatan ini juga menjelaskan bahwa musibah dan kenikmatan itu ibarat dua sisi mata uang.


“Bagi para arifin, dia tidak mampu membedakan antara musibah dan kenikmatan. Penderitaan dan kenikmatan itu seperti satu mata uang yang memiliki dua sisi yang berbeda. Satu sisi mata uang itu adalah penderitaan, tapi sisi lain itu adalah kenikmatan,” bebernya.


“Jadi kenikmatan dan penderitaan itu keduanya dari Allah. Tidak perlu kita ratapi penderitaan itu, tapi syukuri penderitaan itu,” lanjutnya.


Untuk itu, ia kemudian memberikan ajakan untuk bisa bersabar atas datangnya penderitaan jika menimpa diri seseorang.


“Bersabarlah dengan penderitaan, pasti rasa penderitaannya akan rendah, akan menjadi nikmat. Tapi kalau kita memusuhi penderitaan, memusuhi penyakit, memusuhi kekecewaan itu akan semakin parah menimpa kita,” ujarnya.


“Maka dari itu kita jangan membenci penderitaan, itu akan semakin menyiksa penderitaan itu. Bersahabatlah dengan penderitaan, maka tidak akan terasa lagi penderitaan itu sebagai suatu penderitaan,” imbuhnya.


Kontributor: Ahmad Hanan

Editor: Alhafiz Kurniawan