Nasional

KH Said Aqil Siroj Ungkap Makna Fitrah Islamiyah

Ahad, 7 Juni 2020 | 12:30 WIB

KH Said Aqil Siroj Ungkap Makna Fitrah Islamiyah

Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj mengatakan Islam agama cinta dan keselamatan

Jakarta, NU Online
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj mengungkap makna fitrah islamiyah sebagai esensi mengisi aktivitas pasca bulan Ramadhan. Menurutnya, fitrah islamiyah yaitu kembali kepada pemahaman bahwa Islam adalah agama yang damai, agama cinta dan agama persaudaraan. 


Fitrah islamiyah itu apa? Islam dinul mahabati wa salam, dinul mawadati wal wiam. Islam agama damai, Islam agama cinta, Islam agama persaudaraan,” ucap Kiai Said saat menjadi pembicara kunci pada Halal bi Halal Asosiasi Rumah Sakit NU (Arsinu) dan Persatuan Dokter Nahdlatul Ulama (PDNU) yang digelar secara virtual, Ahad (7/6). 


Pemahaman ini, menurut Pengasuh Pesantren Al-Tsaqafah ini, selaras dengan visi Nahdlatul Ulama (NU), yakni organisasi yang mendambakan ukhuwah islamiyah, ukhuwah wathaniyah dan ukhuwah insaniyah. NU, kata Kiai Said, selalu mengedepankan moderatisme dan toleransi.


“Artinya sama, cocok sudah, matching betul. Islamnya dinul ukhuwah NU nya organisasi yang mendambakan ukhwah islamiyah, wathaniyah, insaniyah,” tutur kiai asal Cirebon, Jawa Barat ini. 


Alumnus Universitas Ummul Qurra Arab Saudi ini pun mengingatkan kepada Muslim di Indonesia agar selalu menjadi pribadi yang dikehendaki agama yaitu kehadiran umat muslim tersebut mampu menenangkan, mendamaikan lingkungan. Bukan sebaliknya, membuat resah, gelisah dan khawatir orang-orang yang ada di sekitarnya.


“Oleh karena itu, kalau menjadi orang Islam, al muslimu man salima akhuhu min lisanihi wa yadihi. Orang Islam itu harus tetangganya, temannya, kanan kirinya, masyarakatnya merasa tenang dengan keberadaan kita. Kalau kita orang Islam, tapi teman kita, tetangga kita merasa resah, khawatir, gelisah, galau, risau  ada kita di situ,  berarti kita minal faasiqin, wa katsirun minhum fasikun,” ucapnya. 


Orang fasik, lanjutnya, adalah individu yang mengaku beragama Islam, tetapi di tengah-tengah masyarakat tidak menciptakan rasa cinta, tidak menumbuhkan rasa persaudaraan. Sebaliknya, orang tersebut justru  memunculkan kebencian. 


“Berarti kita orang Islam minal fasiqin, orang yang fasik bukan orang Islam yang baik, bukan orang Islam yang dihendaki agama Islam itu sendiri. Kalau menjadi orang Islam itu harus menjadikan masyarakat Islam yang menumbuhkan ketenangan, kedamaian untuk lingkungannya,” tuturnya. 


Pun dengan urusan kebangsaan, hadirnya negara Indonesia harus menenangkan, menumbuhkan rasa persaudaraan bagi negara tetangga seperti Malaysia, Singapura, Thailand dan negara-negara tatangga lainnya. 


Hadir pada Halal bi Halal tersebut Ketua PBNU Bidang Kesehatan dr Syahizal Syarif, Ketua Lembaga Kesehatan NU dr Hisyam Said Budairy, Ketua Umum ARSINU dr HM Zulfikar As’ad, Ketua Perhimpunan Dokter Nahdlatul Ulama (PDNU) dr. Muhammad S Niam, Sekretaris PDNU dr A Fariz Malvi Zamzam Zein dan para ketua pengurus wilayah Arsinu dan PDNU se-Indonesia. 


Pewarta: Abdul Rahman Ahdori
Editor: Abdullah Alawi