Jakarta, NU Online
Lebaran Idul Fitri 1441 H saat ini berbeda dengan lebaran-lebaran sebelumnya. Situasi pandemi Covid-19 saat ini menjadikan umat Islam merayakannya dengan keterbatasan fisik sesuai kebijakan social distancing (jaga jarak). Lalu bagaimana dengan syiar yang biasa dilakukan saat lebaran seperti takbir keliling, shalat Id dengan ribuan jamaah dan silaturahim di berbagai daerah?
Â
Menurut Ketua PBNU H Robikin Emhas, inilah yang menjadi kelebihan dari agama Islam. Dengan perubahan situasi dan zaman sebab hal-hal tertentu, Islam senantiasa memberikan solusi bagi umatnya dalam menjalankan ibadah dan syiar.
Â
"Inilah hebatnya Islam. Islam itu selalu memberi jalan keluar. Selalu memberi way out untuk setiap situasi. Bahkan dengan situasi yang baru, misalnya, ilat sebab yang baru sehingga terjadi keadaan yang baru, hukum fikih bisa berubah," jelasnya, Sabtu (23/5).
Â
Untuk syiar Islam di momentum lebaran, umat Islam bisa dengan mudah memanfaatkan perkembangan teknologi informasi yang sudah hadir dalam genggaman. Setiap umat Islam bisa menggunakan smartphone untuk syiar.
Â
"Kalau untuk memenuhi kebutuhan syiar, cukup kita takbir sendiri atau takbir bersama keluarga di rumah untuk mengagungkan Allah sebagai ungkapan syukur bahwa kita sudah bisa melampaui Ramadhan dengan penuh kekhusyuan, kemudian diupload di media sosial dengan niat syiar. Itu sudah luar biasa," jelasnya.
Â
Akan menjadi hal yang membawa kemudlaratan dan bahaya jika umat Islam melakukan takbir keliling dengan jumlah massa yang banyak. Jika yang bersangkutan membawa virus Corona tentu akan menularkannya pada orang lain. Kalau pun sehat dan ikut dalam kerumunan masa yang ada carier (pembawa) virus Corona, maka sama saja menceburkan diri ke dalam kemafsadatan.
Â
"La dlarara wala dlirara. Jangan membahayakan diri dan membahayakan orang lain. Ikuti anjuran agama," tegasnya.
Â
Tradisi silaturahim lebaran yang sudah menjadi budaya luhur bangsa Indonesia di setiap lebaran juga harus tetap dijaga dan dipelihara serta ditingkatkan. Hanya caranya saja yang berbeda yakni dengan memanfaatkan media sosial melalui daring berupa video call dan sejenisnya.
Â
"Semua kita kakukan dalam kerangka menjaga kesehatan dan kemaslahatan umat yang merupakan perintah agama seperti perintah ibadah shalat, haji, dan sebagainya," tambahnya.
Â
Ia pun mengingatkan tiga hal mengapa Covid-19 menjadi virus yang harus diwaspadai. Pertama karena penyebarannya sangat cepat dari sesama manusia, kedua karena gejalanya tidak mudah dideteksi dan ketiga karena yang terinfeksi banyak yang tidak memiliki gejala.
Â
"Kalau tidak mematuhi protokol kesehatan dan tidak tahu jika dirinya terinfeksi maka akan banyak orang yang terpapar," pungkasnya.
Â
Â
Pewarta: Muhammad Faizin
Editor: Kendi Setiawan