Nasional

Kiai Afifuddin: Kita Takzim pada Habaib, Tetapi Indonesia Terlalu Terbuka

Sab, 7 Desember 2019 | 07:30 WIB

Kiai Afifuddin: Kita Takzim pada Habaib, Tetapi Indonesia Terlalu Terbuka

Kiai Afifuddin Muhajir (tengah) didampingi oleh pengurus LBM PBNU saat mengikuti forum bahtsul masail di Jakarta. (Foto: NU Online/Alhafiz)

Jakarta, NU Online
Rais Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Afifuddin Muhajir menyampaikan bahwa pengurus dan warga NU sejak dahulu tidak bergeser dalam memuliakan habaib, dzurriyah rasul, kiai, dan orang-orang berilmu. Namun, siapa pun warga negara Indonesia harus mengindahkan nilai kesopanan dan norma hukum di Indonesia dalam berbicara dan bertindak.

Demikian disampaikan oleh Kiai Afifuddin yang juga guru besar fiqih dan ushul fiqih pada Ma’had Aly Situbondo, Jawa Timur, kepada NU Online Sabtu (7/12) siang.

Ia mengatakan bahwa pengurus dan warga NU diajari oleh para kiai untuk memuliakan manusia secara umum, terlebih lagi habaib dan orang berilmu seperti para kiai pesantren. Menurutnya, sampai kapan pun, wejangan para kiai terdahulu untuk menghormati habaib tidak pernah akan pudar di kalangan warga NU dan pengurusnya.

“Terhadap habaib kita tetap takzim dan takrim (memuliakan),” kata Kiai Afif.

Namun demikian, Kiai Afif mengkritik penceramah mana saja yang bersikap arogan dan tidak mengindahkan norma hukum dan kesopanan di Indonesia. Ia mengatakan bahwa Indonesia tampak sangat bebas meski bicara dengan melanggar norma hukum sekali pun.

“Kita di sini terlalu terbuka sehingga membuat orang dapat ngomong semaunya. Entah siapa yang bisa menertibkan?” kata Kiai Afif.

Sebagaimana diketahui, masyarakat belakangan dikejutkan dengan video seorang penceramah bernama Ja'far Shodiq bin Sholeh Alattas yang bersumber dari chanel YouTube 'Chanel habib ja'far shodiq bin sholeh alattas' yang diunggah pada 30 November 2019.

Dalam video tidak lebih dari dua menit itu, penceramah menyinggung agamawan yang menjual agama untuk duniawi. Penceramah pada video itu kemudian menyebut Kiai Maruf Amin sebagai hewan yang buruk dalam kepercayaan umat Islam.
 

Pewarta: Alhafiz Kurniawan
Editor: Kendi Setiawan