Nasional HARLAH KE-98 NU

Kiai Agus Salim: Nahdliyin Beruntung karena NU Lahir di Bulan Rajab

Sab, 27 Februari 2021 | 14:15 WIB

Kiai Agus Salim: Nahdliyin Beruntung karena NU Lahir di Bulan Rajab

Ketua Lembaga Dakwah NU menyampaikan sambutan pada puncah Harlah ke-98 NU, Sabtu (27/2) di Masjid Iatiqlal Jakarta. (Foto: NU Online/Suwitno)

Jakarta, NU Online
Ketua Lembaga Dakwah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LD PBNU) KH Agus Salim menegaskan, warga NU atau Nahdliyin beruntung karena NU lahir di bulan Rajab. Salah satu bulan yang diharamkan untuk berbuat kerusakan dan dijaga kesuciannya. 

 

"NU lahir pada 16 Rajab, 98 hijriah tahun lalu. Bulan Rajab adalah salah satu dari al-asyhurul hurum (bulan-bulan yang diharamkan). Beruntunglah kita sebagai warga Nahdliyin bahwa NU lahir di bulan Rajab," tegas Kiai Agus, dalam peringatan puncak Hari Lahir (Harlah) ke-98 NU di Masjid Istiqlal Jakarta, pada 16 Rajab 1442 Hijriah yang bertepatan dengan Sabtu (27/2) malam. 

 

Bulan-bulan haram itu adalah Dzulqo’dah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab. Imam Jalaluddin As-Suyuthi dalam Tafsir Jalalain, At-Thabari, Ibnu Katsir, Ibnu Abbas, dan Qatadah menyebutkan bahwa kezaliman di bulan-bulan haram, dosanya akan lebih besar. 

 

"Namun sebaliknya, (di bulan Rajab) kesalehan pahalanya pun akan berlipat ganda. Maka yakinlah pada setiap kita merayakan Harlah NU dengan berbagai rangkaian kegiatan positif dan amal shaleh, maka kita akan mendapatkan pahala yang berlipat ganda pula," tutur Kiai Agus.

 

"Saat ini kita tahlil. Bersilaturahim secara batin dengan baginda Nabi Muhammad dan para kekasih Allah, masyayikh dan muassis (pendiri) NU, dan dengan para guru-guru pendahulu kita. Yakinlah kita, bahwa kucuran rahmat untuk kita semua," imbuhnya, penuh yakin. 

 

Kiai Agus mengingatkan pula bahwa terdapat satu misi besar dari syariat bulan-bulan haram, yakni perdamaian. Zaman dulu, orang-orang jahiliyah dilarang berperang di bulan-bulan haram ini. Ketetapan ini disebut sebagai syar’un man qablana atau aturan yang ada sebelum Nabi tetapi tetap berlaku di dalam syariat Islam yang dibawanya.

 

Syariat pada Rajab menjadi juru damai

Kiai Agus lantas menjelaskan bahwa syariat pada Rajab sebagai bulan haram adalah perintah Islam agar menjadi para juru damai. Lebih jauh diperintah untuk merekatkan tiga macam persaudaraan, yakni persaudaraan keislaman, persaudaraan keindonesiaan, dan persaudaraan kemanusiaan di dunia.

 

Karena itu, ia menegaskan, mustahil Indonesia bisa maju, sejahtera, adil, serta sentosa kalau kedamaian bangsa terus digerogoti oleh ujaran yang syarat kebohongan dan penuh kebencian. Sebab sejak dulu sikap NU tegas, pro terhadap kedamaian dan perdamaian.

 

"Saat ini NU di bawah komando Rais Aam PBNU KH Miftachul Akhyar dan Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj, serta Jokowi sebagai presiden, maka anasir-anasir yang mengancam kedamaian dan menggerogoti persatuan Indonesia telah berhasil dilumpuhkan," tegasnya.

 

"Ancaman baru mungkin akan muncul, tapi NU sudah teruji. Kita tidak akan pernah diam dan gentar. Apalagi melawan setiap rongrongan terhadap NKRI," imbuh Pengasuh Pondok Pesantren  Manba'ul Hikmah Bekasi, Jawa Barat ini.

 

Dalam rangka misi besar perdamaian yang dibawa oleh NU itu, Kiai Agus mengimbau kepada seluruh Nahdliyin agar senantiasa menyapa, mengajak, dan merangkul saudara-saudara sebangsa Indonesia yang beberapa waktu lalu sempat tersesat di jalan-jalan yang keras, radikal, serta ekstrem.

 

"Jika kita tidak pernah menyapa mereka dengan simpatik bernada persahabatan, maka tidak aneh jika iklim panas permusuhan yang semakin menggerus kedamaian Indonesia," ujarnya.

 

Untuk diketahui, pada kesempatan ini tampak hadir banyak tokoh. Di antaranya adalah Rais Aam PBNU KH Miftachul Akhyar, Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj, Sekretaris Jenderal PBNU H Ahmad Helmy Faishal Zaini, Ketua PBNU KH Marsudi Syuhud, KH Abdul Manan Abdul Ghani, Sekretaris LD PBNU KH Bukhori Muslim, beserta para pimpinan lembaga dan badan otonom PBNU. 

 

Selain itu, hadir pula Ketua PWNU DKI Jakarta KH Syamsul Maarif, Gubernur DKI Anies Baswedan, Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta KH Nasaruddin Umar, Wakil Ketua DPR RI H Abdul Muhaimin Iskandar, Wakil Ketua MPR RI H Jazilul Fawaid. 

 

Acara yang dilangsungkan ini menerapkan protokol kesehatan dengan sangat ketat. Hal ini terlihat dari peserta yang hadir dengan sangat terbatas, hanya 200 orang dari kapasitas ruang untuk kapasitas 35 ribu orang. Hadirin tampak memakai masker, face shield, dan menjaga jarak sejauh 1,5 meter. 

 

Pewarta: Aru Lego Triono
Editor: Kendi Setiawan