Nasional

Kiai-kiai Bergelar Pahlawan Nasional, Fakta Peran NU dalam Kemerdekaan

Ahad, 10 November 2019 | 06:45 WIB

Kiai-kiai Bergelar Pahlawan Nasional, Fakta Peran NU dalam Kemerdekaan

KH Abdul Mun'im DZ saat peluncuran bukunya, "Fragmen Sejarah NU" (Foto: NU Online/Damar Pamungkas)

Jakarta, NU Online
Tokoh-tokoh NU mulai dari Rais Akbar Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari hingga Rais Syuriyah tingkat cabang seperti KH Syam’un dari Banten dan Wakil Rais Syuriyah NU Tasikmalaya KH Zainal Musthafa, adalah kiai yang bergelar pahlawan nasional.
Pada tahun ini, satu kiai lagi kiai dari NU yang mendapatkan gelar tersebut, yakni KH Masykur. Ia merupakan Panglima Sabilillah kelahiran Malang, Jawa Timur.
 
Sejarawan dan penggerak NU H Abdul Mun’im DZ berpendapat, kiai-kiai NU yang bergelar pahlawan tersebut menunjukkan betapa besarnya peran NU dalam upaya merebut dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Bahkan, para kiai turut serta dalam merumuskan bentuk negara ini. Kiai Masykur dan Kiai Wahid Hasyim merupakan anggota BPUPKI.

“NU juga merupakan pemain utama dalam perjuangan kemerdekaan dan pembentukan bangsa Indonesia. Bukan pemain pinggiran apalagi figuran, tetapi menjadi aktor utama dalam mendirikan Republik ini,” katanya di Jakarta, Ahad (10/11).

Menurut Abdul Mun’im, peran-peran NU dalam kemerdekaan, pernah disembunyikan pihak-pihak tertentu. Resolusi Jihad NU yang memicu perang 10 November di Surabaya tidak pernah tercatat di dalam buku sejarah resmi.

“Dulu perjuangan bersejarah NU itu dihilangkan dalam buku dan catatan sejarah nasional sebagai alasan untuk menyingkirkan NU dari panggung politik nasional,” kata Wakil Sekretaris Jenderal PBNU ini.

Dengan adanya peran yang nyata dari para tokoh NU dalam medan perjuangan dan pembentukan Republik ini, lanjutnya, saat ini tidak ada alasan lagi untuk menyingkirkan NU dari panggung politik kenegaraan.

“Dengan momentum ini pula selayaknya NU mengambil peran aktif dalam proses kenegaraan saat ini, sebagaimana dicontohkan oleh para pendahulu, yang diakui perjuangannya dan kepahlawanannya pada hari ini,” tegasnya.

Maka, sambungnya, di tengah krisis dan disorientasi yang dihadapi bangsa dan negara ini, NU bukannya berpangku tangan, tapi harus mengambil peran utama. Sebab kalau tidak, momentum itu akan sia-sia dan hilang percuma.

“Kesiapan mental dan kecakapan teknis serta langkah strategis dibutuhkan untuk mengendalikan momentum sejarah ini,” pungkasnya.
 

Pewarta: Abdullah Alawi
Editor: Alhafiz Kurniawan