Nasional MUKTAMAR KE-34 NU

Kiai Ma'ruf Amin Sebut Empat Kriteria Seorang Rais Aam PBNU

Kam, 23 Desember 2021 | 00:00 WIB

Kiai Ma'ruf Amin Sebut Empat Kriteria Seorang Rais Aam PBNU

"NU itu organisasi. Jadi seorang pemimpin tertinggi (Rais Aam) harus mengerti organisasi.”

Bandar Lampung, NU Online

Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) 2015-2018 KH Ma'ruf Amin mengatakan bahwa dirinya pernah menyampaikan kriteria seorang Rais 'Aam saat Muktamar Ke-33 NU di Jombang pada 2015.


“Kalau Rais ‘Aam, saya pernah membuat (kriteria) itu di Muktamar Jombang, minimal ada 4 (empat) kriteria,” tutur Wapres saat memberikan keterangan pers di Hotel Radisson, Jl. Teuku Umar No.1, Kedaton, Bandar, Kota Bandar Lampung, Provinsi Lampung, Rabu (22/12/2021).


Kriteria pertama, jelasnya, adalah faqih, ahli dan memahami aturan dan syariat Islam secara baik sebagai dasar dalam menyelesaikan berbagai permasalahan. 


“Dia harus faqih. Kalau tidak faqih bagaimana dia menyelesaikan persoalan, tidak ada patokannya,” tegasnya.


Kedua, lanjut Wapres adalah munazhzhim atau organisator. Menurutnya, seorang Rais ‘Aam harus mengerti ilmu berorganisasi mengingat NU yang dipimpinnya merupakan sebuah organisasi. “NU itu organisasi. Jadi seorang pemimpin tertinggi harus mengerti organisasi,” tegasnya.


Selanjutnya, kata Kiai Ma'ruf, seorang Rais ‘Aam juga harus muharrik yakni menjadi penggerak. “Dia harus bisa menggerakkan. Sebab NU itu adalah gerakan ulama dalam memperbaiki umat, dalam rangka mengislahkan. Karena (bentuknya) gerakan, dia harus menjadi seorang penggerak,” ujarnya.


Berikutnya, Ulama asal Banten itu menyebutkan bahwa kriteria terakhir seorang Rais ‘Aam adalah wira’i. Menurutnya, seorang Rais ‘Aam harus memiliki sifat wara', yakni senantiasa menjauhkan diri dari maksiat dan perkara syubhat (tidak jelas halal dan haramnya) yang dapat menimbulkan dosa.


“Karena itu memang saya katakan Rais ‘Aam itu bukan sekedar posisi struktur organisasi tetapi Rais ‘Aam itu maqam (berkedudukan tinggi). Di NU itu maqam,” tegas Wapres.


“Rais ‘Aam itu sangat sentral,” imbuh kiai yang juga Wakil Presiden Republik Indonesia 2019-2024 itu.


Namun demikian, meskipun terpilih sebagai Rais ‘Aam pada Muktamar Jombang, Kiai Ma'ruf mengakui bahwa dirinya bukanlah sosok sahibul maqam (orang yang berkedudukan tinggi). Dengan merendah, ia pun mengatakan bahwa dirinya dipilih sebagai Rais ‘Aam saat itu karena darurat.


“Makanya, ketika saya jadi Rais ‘Aam itu saya bilang, saya ini Rais ‘Aam Dharuri, darurat saja,” pungkasnya.


Pewarta: Syakir NF

Editor: Alhafiz Kurniawan