Jakarta, NU Online
Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Abdul Manan Ghani mengemukakan pentingnya menjadi nahdliyin. Menurutnya NU didirikan oleh para ulama seperti Hadratussyech KH Hasyim Asy'ari dan KH Wahab Hasbullah yang dalam berdakwah di Indonesia ini melanjutkan Wali Songo dan para ulama sebelumnya hingga Nabi Muhammad SAW.
"Silsilah NU itu jelas sampai ke Rasulullah SAW. Islam disebarkan para wali kemudian ke ulama, kemudian ulama mendirkan pesantren-pesantren. Jadi jangan berguru ke orang-orang (yang silsilahnya) gak jelas," kata Manan saat menghadiri pelantikan Pengurus Ranting Nahdlatul Ulama Pisangan Timur, Pulo Gadung, Jakarta Timur masa khidmat 2019-2023, Jumat (28/6) malam.
Kiai Manan lantas mengemukakan bahwa NU mengikuti Imam Al-Asy'ari dan Imam Al-Maturidi dari sisi akidah, imam empat mazhab, khususnya Imam Syafi'i dari sisi fiqih, dan Imam Junaid Al-Baghdadi serta Imam Al-Ghazali dari segi tasawuf.
"Ini yang harus kita terus kembangkan sebagai Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja) An-Nahdliyah," kata Kiai Manan.
Selain itu, menurutnya, NU juga organisasi sosial keagamaan yang mencintai tanah air (hubbul wathan minal iman). Menurutnya hal itu atas kesadaran di mana ia berpijak. Keamanan negara merupakan kewajiban yang harus dipikul bersama. Sehingga, sambungnya, keamanan negara sangat penting agar muslim bisa melaksanakan ibadahnya dengan tenang, seperti shalat.
"Kita shalat di atas tanah air, bukan di atas awang-awang. Kita gak bisa shalat kalau keamanan negara tidak aman. Jadi keamanan negara itu penting," katanya.
Sebelumnya, Ketua PCNU Jakarta Timur H Fathonah berpesan kepada Pengurus Ranting NU yang baru dilantik agar memiliki niat yang ikhlas, semangat, waktu, dan fasilitas.
"Empat macem atau empat aturan ini yang harus dimiliki pengurus. Kalau empat ini punya, Insyallah NU ke depan dapat berkembang," kata Fathonah.
Seusai Kiai Manan, taushiyah dilanjutkan oleh Habib Salim bin Sholahudin bin Salim bin Jindan. Hadir pada kesempatan ini sejumlah pengurus NU Jakarta, Kapolsek Pulo Gadung, Jakarta Timur Pandji Santoso, dan aparat kelurahan setempat. (Husni Sahal/Muiz)