Nasional

Kiai Said: Kerusakan Agama Lebih Besar karena Pembela yang Ugal-ugalan

Kam, 24 Oktober 2019 | 14:15 WIB

Kiai Said: Kerusakan Agama Lebih Besar karena Pembela yang Ugal-ugalan

Foto: NU Online/Husni Sahal

Jakarta, NU Online
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama KH Said Aqil Siroj mengajak masyarakat terutama umat Islam untuk memikirkan cara keberislaman di tengah realitas yang semakin kompleks. Menurutnya, kekeliruan dalam keberislaman justru akan membahayakan Islam itu sendiri.

Kiai Said mengutip perkataan bijak ulama yang mengilustrasikan dampak buruk terhadap Islam karena para pembelanya yang menggunakan cara-cara yang bertentangan dengan nilai dasar Islam itu sendiri.

"Kehancuran agama (Islam) karena para pembela yang tidak tahu caranya membela itu lebih besar daripada kehancuran agama karena para pencela," kata Kiai Said saat menyampaikan Pidato Kebudayaan Hari Santri 2019 di Gedung Kesenian Jakarta, Selasa (22/10) malam.

Kiai Said menyampaikan keresahannya akhir-akhir ini terkait eskalasi penggunaan sentimen agama dalam ruang politik mulai dari Pilpres 2014, Pilkada DKI 2017, hingga Pilpres 2019. Sentimen keagamaan ini, kata Kiai Said, akan terus dipergunakan oleh kekuatan politik untuk kepentingan politiknya dengan memanfaatkan kedangkalan pemahaman beragama.

Pengasuh Pondok Pesantren Al-Tsaqafah, Ciganjur, Jakarta Selatan, ini menyinggung sikap eksklusif, intoleransi, dan radikalisme beragama, khususnya di kalangan umat Islam, semakin hari semakin menguat.

"Eksklusifitas, intoleransi, dan radikalisme beragama ini bukan saja merusak agama (Islam) tetapi juga merusak kehidupan berbangsa dan bernegara. Kenapa disebut merusak agama, karena pada prinsipnya Islam menghargai kebhinekaan. Karena intoleransi dan radikalisme inilah, sesama anak bangsa saling mengkafirkan, saling menyalahkan, bahkan saling memusuhi," kata Kiai Said.

Adapun kelompok yang mempropagandakan penggantian Pancasila sebagai dasar negara juga mengalami peningkatan. Mereka, kata Kiai Said, berpendapat bahwa Pancasila itu bertentangan dengan Islam.

"Padahal, melalui Munas NU di Situbondo pada 1983 para kiai telah memutuskan bahwa Pancasila tidak bertentangan dengan Islam. Bahkan, sila-sila yang ada dalam Pancasila merefleksikan nilai-nilai Islam. Karena itulah, Nahdlatul Ulama menjadi organisasi pertama yang menerima Pancasila sebagai asas tunggal organisasinya," kata Kiai Said.
 
 
Pewarta: Alhafiz Kurniawan
Editor: Kendi Setiawan