Kiai Said Sebut Akhlak dan Budaya Jadi Dinding Kokohnya Sebuah Bangsa
Rabu, 30 Desember 2020 | 11:15 WIB
Kiai Said pun merasa prihatin terhadap kondisi bangsa saat ini di mana akhlak dan budaya sudah mulai pudar. (Foto: NU Online)
Muhammad Faizin
Kontributor
Jakarta, NU Online
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj mengibaratkan orang yang beriman tapi tak berakhlak seperti bangunan yang memiliki fondasi namun tak memiliki tiang dan dinding. Dalam membuat bangunan, syariat juga berperan penting dalam pembentukan pribadi muslim seperti atap dalam sebuah bangunan. Jika ketiga hal ini tidak mendapatkan perhatian semua, maka bangunan itu bisa dipastikan akan ambruk.
Pentingnya akhlak dan budaya ini sesuai dengan sebuah syair Syauqy Bey yakni Innamal umamul akhlaqu ma baqiyat wa inhumu dzahabat akhlaquhum dzahabu (Hidup dan bangunnya suatu bangsa tergantung pada akhlaknya, jika mereka tidak lagi menjunjung tingi norma-norma akhlaqul karimah, maka bangsa itu akan musnah bersamaan dengan keruntuhan akhlaknya).
"Banyak negara yang menurut kita teologi dan aqidahnya tidak benar, tapi mereka maju. Kenapa? Karena berhasil mempertahankan budaya, karakternya, kepribadiannya," jelas Kia Said pada acara Refleksi Dakwah Tahun 2020 yang diselenggarakan oleh Lembaga Dakwah PBNU, Rabu (30/12).
Kiai Said pun merasa prihatin terhadap kondisi bangsa saat ini di mana akhlak dan budaya sudah mulai pudar. Tahun 2020 menurutnya merupakan masa yang sangat memprihatinkan karena seakan-akan bangsa Indonesia mundur karena permasalahan terkait perbedaan agama dan suku mulai muncul lagi.
"Padahal itu sudah selesai sejak dulu. Sejak founding fathers kita. KH Hasyim Asy’ari pada 1936 mengatakan bahwa Indonesia adalah Darussalam, Negara yang damai," Kiai Said mengingatkan.
Oleh karena itu, Kiai Said mengingatkan umat Islam dengan sebuah ayat Al-Qur’an surat Al-Anam 108 yang memerintahkan umat Islam untuk tidak memaki sembahan-sembahan yang umat lain sembah selain Allah. Hal ini karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan.
"Itu dengan selain non-Muslim. Apalagi dengan sesama Muslim," tegasnya.
Apalagi saat ini, seiring derasnya informasi, masyarakat sangat rentan terbawa situasi di mana berita bohong, ujaran kebencian, dan fitnah bisa mempengaruhi pemikiran. Al-Qur’an sendiri sudah mengingatkan dalam surat Al-Qalam ayat 10-13 yang artinya: "Dan janganlah engkau patuhi setiap orang yang suka bersumpah dan suka menghina, suka mencela, yang kian ke mari menyebarkan fitnah, yang merintangi segala yang baik, yang melampaui batas dan banyak dosa, yang bertabiat kasar, selain itu juga terkenal kejahatannya," ujarnya.
Pewarta: Muhammad Faizin
Editor: Kendi Setiawan
Terpopuler
1
Kronologi Penembakan terhadap Guru Madin di Jepara Versi Korban
2
Silampari: Gerbang Harapan dan Gotong Royong di Musi Rawas
3
Hukum Mengonsumsi Makanan Tanpa Label Halal
4
Respons Pergunu soal Wacana Guru ASN Bisa Mengajar di Sekolah Swasta
5
Sejarah Baru Pagar Nusa di Musi Rawas: Gus Nabil Inisiasi Padepokan, Ketua PCNU Hibahkan Tanah
6
NU Peduli Salurkan Bantuan Sembako kepada Pengungsi Erupsi Lewotobi
Terkini
Lihat Semua