Nasional

Kiat Pemuda Bentengi Diri dari Banjir Informasi di Era Digital

Kam, 28 Oktober 2021 | 12:00 WIB

Kiat Pemuda Bentengi Diri dari Banjir Informasi di Era Digital

Wasekjen PP GP Ansor KH Aunullah A’la Al-Habib. (Foto: Istimewa)

Jakarta, NU Online
Perkembangan tekonologi menawarkan sejumlah fasilitas kemudahan bagi generasi muda. Kendati demikian, kemudahan tersebut bisa menjadi destruktif apabila tidak dibentengi dengan karakter yang kuat.


Selaras, Wasekjen PP GP Ansor KH Aunullah A’la Al-Habib menuturkan bahwa kemudahan akses tersebut merupakan tantangan yang perlu dijawab segera. Terlebih, dalam mengakses informasi keagamaan yang memerlukan kejelian ekstra. Ia menyebutkan, milenial cenderung mengakses informasi keagamaan melalui Facebook dan YouTube.  


“Tantangan pemuda di alam saat ini benar-benar Masya Allah. Sekarang, orang modal hp dan paket data saja bisa ngomong, nulis, dan share apa saja,” tutur pria yang akrab disapa Gus Aun ini kepada NU Online, Kamis (28/10/2021).

 

Gus Aun mengatakan bahwa generasi muda harus bisa membentengi diri. Pemuda diimbau untuk tidak menyelam bebas di lautan informasi minim kurasi seperti pada media sosial (medsos). Pemuda harus bisa menjadi agen perubahan.


“Ini masalah betul. Saya merasa bahwa tantangan terberat saat ini adalah bagaimana kita ini menjadi duta atau menjadi agen dari dakwah beragama ini,” tutur Pengasuh Pondok Pesantren Al Huda Doglo, Boyolali tersebut.


Terkait hal ini Gus Aun membeberkan empat kiat dalam membentengi diri dari banjir informasi. Pertama menurutnya adalah karakter kepemudaan yang kuat. Disebutkan jika pemuda harus senantiasa belajar guna mengasah kemampuan berpikir kritis.


“Yang kedua, karakter keislaman kita. Ini bisa kita tuangkan melalui medsos. Medsos ini bisa menjadi wasilah untuk menampakan wajah asli Islam. Kita belajar pada ulama, setelah itu kita menunjukan karakter kebinekaan kita ini bagaimana kita tampakan,” jelasnya.


Ketiga, karakter pengabdian. Pemuda, terang Gus Aun, harus memiliki jiwa pengabdian dan mau mengabdi kepada keluarga, agama, dan bangsa. Pengabdian tersebut yang kemudian akan bermuara kepada kemaslahatan umat.


“Jadi orang itu nggak hanya hidup untuk dirinya sendiri, tetapi bagaimana berbuat untuk agama bangsa dan negara,” ujar Gus Aun.


Keempat, karakter cinta tanah air. Jiwa nasionalisme harus terus dihadirkan dalam diri pemuda. “Sehingga yang kita pertontonkan adalah pemuda yang semangat belajar, berkarakter Islami, dan menjadi orang-orang yang dalam kegiatannya bertujuan untuk kemaslahatan umat,” jelasnya.


Lebih lanjut berkaca pada penyebaran informasi sebelum era digital sekarang, Gus Aun mengatakan apabila ingin dibandingkan, keterbatasan seseorang baik mengakses maupun memproduksi informasi pada zaman dahulu di satu sisi mununjukan sisi positif tersendiri. Ia mengatakan jika hal tersebut membuat suatu informasi dapat terkurasi dengan baik.


“Karena media-media yang digunakan zaman dulu seperti radio, televisi, tabloid, dan koran. Tidak semua orang bisa menulis, bisa ngomong, bisa siaran. Otomatis sesuatu yang disajikan terkurasi,” papar Gus Aun.


Kontributor: Nuriel Shiami Indiraphasa
Editor: Muhammad Faizin