Nasional HAJI 2023

Kisah Afie, Petugas Haji dari Aktivis Perempuan

Rab, 7 Juni 2023 | 21:32 WIB

Kisah Afie, Petugas Haji dari Aktivis Perempuan

Afie bersama kolega saat memeriksa peralatan untuk jamaah haji lansia. (Foto: Dok. Istimewa)

Jakarta, NU Online

Afie (38) sangat bersyukur ketika dirinya lolos sebagai petugas haji. Untuk menjadi petugas haji, ia melewati sejumlah tantangan dan rintangan. Namun, dengan semangat dan munajat doa, ia ubah tantangan dan rintangan itu menjadi peluang.


Paat saat menerima hasil pengumuman, perasaan aktivis perempuan bernama lengkap Eka Fitri Rohmawati itu benar-benar tak terkatakan. “Alhamdulillah terharu, senang, tak percaya, sedih, syukur, campur-aduk jadi satu,” tuturnya saat dihubungi NU Online dari Jakarta awal Juni lalu.


Wakil Bendahara Umum PP Fatayat NU yang mulai aktif di Fatayat sejak 2015 ini awalnya dihubungi Ketua Bidang Dakwah PP Fatayat NU atas arahan Ketua Umum. Sebelum di Fatayat, ia berkarier sebagai aktivis perempuan di PP IPPNU dan di PB PMII.


“Jadi, awal mulanya saya dikontak oleh Ketua Bidang Dakwah atas arahan Ketua umum. Fatayat NU mengirimkan beberapa pengurus untuk mengikuti Sertifikasi Pembimbing Haji dan Umrah Wanita,” ujarnya.


“Pesertanya perwakilan dari berbagai macam ormas Islam perempuan. Ada dari Fatayat NU, Muslimat NU, Aisyiyah, Al-Irsyad, Persis, dan ormas-ormas Islam perempuan lainnya,” sambung Afie.


Para aktivis perempuan ini ikut sertifikasi untuk mengasah kemampuan dan kompetensi pengetahuan terkait ilmu-ilmu agama yang relevan dengan ibadah haji dan umrah, serta persoalan perempuan berkenaan dengan keabsahan ibadah.


Menambah petugas haji perempuan

Afie mengatakan, Sertifikasi Pembimbing Haji dan Umrah Wanita merupakan sertifikasi khusus yang dibuka oleh Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas dalam rangka menambah petugas haji perempuan.


“Karena pengalaman dari tahun kemarin kekurangan petugas haji perempuan di lapangan. Lalu, kami disuruh untuk mengikuti sertifikasi itu untuk ditempa pengetahuan dan kemampuannya khusus sebagai pembimbing dan konsultan ibadah,” ungkapnya.


Terdapat kriteria dan kompetensi yang disyaratkan bagi peserta sertifikasi, yaitu harus mempunyai dasar keagamaan, fiqih-fiqih perempuan, dan terkait Fiqih Haji dan Umrah.


Saat mengikuti kegiatan tersebut, selain ada tes berbagai pengetahuan berkenaan dengan haji dan umrah, serta fiqih perempuan, juga dites kemampuan membaca Al-Qur’an.


“Setelah sertifikasi, kami pasrah saja. Jika dipanggil, alhamdulillah. Kalau tidak, berarti Allah belum memanggil,” tutur perempuan kelahiran Banyuwangi, Jawa Timur ini.


Pada saat pelaksanaan sertifikasi, Afie berusaha maksimal agar lulus. Sungguh beruntung, dirinya masuk kriteria sebagai salah satu 10 peserta terbaik.


“Jadi, dalam sertifikasi itu ada pemilihan 10 peserta terbaik. Di situ saya masuk salah satunya. Saya bersyukur sekali dan merasa senang bisa memberikan yang terbaik untuk Fatayat dan Nahdlatul Ulama,” tandas alumnus Pesantren Al-Qodiri dan Pesantren Darussalam Jember ini.


Setelah sertifikasi, Afie hanya pasrah dengan sering berdoa dan membaca wirid memohon Allah swt berkenan memanggil dan memantaskan dirinya beribadah haji.


Mepet dan mendadak

Afie mengatakan bahwa waktu penjaringan petugas haji tahun ini memang serba mepet dan mendadak. Ia masih ingat ketika dipanggil untuk sertifikasi waktunya hanya H-2 atau H-3 dari pelaksanaan. Sementara persiapan berkas begitu banyak dan harus belajar materi.


“Setelah itu, untuk masuk kelas bimtek juga mendadak sekali. Pelaksanaannya di Asrama Haji Pondok Gede kan Jumat. Sementara Rabu sore baru dikasih tahu,” ungkapnya.


Untuk persyaratan ikut bimbingan teknis (bimtek) juga banyak berkas yang harus dipenuhi. Di bimtek, Afie juga ditempa pengetahuan sesuai kondisi di lapangan.


“Nanti tugas yang akan dilakukan apa saja di situlah kami ditempa saat bimtek,” tutur perempuan yang menghabiskan masa kecilnya di Pesantren Mambaul Ulum Sumber Beras, Muncar, Banyuwangi ini.


Afie menambahkan bahwa tidak semua peserta sertifikasi mendapatkan panggilan untuk ikut bimtek. Dari Fatayat NU sendiri juga tidak semua yang lolos sertifikasi bisa lolos ke bimtek juga.


“Jadi, difilter lagi di situ. Tapi kemudian ada petugas tambahan. Akhirnya, teman-teman yang kemarin ikut sertifikasi dipanggil lagi untuk menjadi petugas tambahan,” ungkap jebolan Pascasarjana Universitas Indonesia ini.


Saat ditanya tentang tugas dan fungsinya, Afie menjelaskan bahwa sesuai hasil sertifikasi ia ditempatkan di bagian konsultan ibadah. Tetapi, melihat situasi dan kondisi di lapangan, waktu sehari bimtek di Pondok Gede, Jakarta, beberapa orang mengalami pergeseran.


“Termasuk saya. Jadi, awalnya di konsultan ibadah. Tapi, sekarang di pelayanan jamaah haji lansia,” pungkas Afie.


Pewarta: Musthofa Asrori
Editor: Muhammad Faizin