Nasional

Kisah Santriwati Jatim Raih Juara 1 Cerdas Cermat Al-Qur'an di MTQN 2022

Ahad, 6 November 2022 | 06:00 WIB

Kisah Santriwati Jatim Raih Juara 1 Cerdas Cermat Al-Qur'an di MTQN 2022

Penampilan Juara 1 Cerdas Cermat Al-Qur'an pada MTQN di Kalsel pada final MFQ di Banjarbaru, beberapa waktu lalu. (Foto: Istimewa)

Jakarta, NU Online
Rizqiyatul Fitriyah, santriwati asal Jawa Timur, masih tidak percaya ketika timnya dinobatkan sebagai juara 1 Musabaqah Fahmil Qur’an(MFQ) atau Cerdas Cermat Al-Qur’an dalam perhelatan Musabaqah Tilawatil Qur’an Nasional (MTQN) di Kalimantan Selatan, Oktober 2022.


Rizqi, sapaan akrabnya, menceritakan sekilas pengalamannya yang menakjubkan di arena MTQN Ke-29 kepada NU Online melalui telepon seluler beberapa hari lalu. "Rasanya masih tidak percaya aja sih. Sebab, di tingkat provinsi juara harapan 1. Alhamdulillah, di tingkat nasional 1 murni," ujarnya.


Debutnya di gelanggang MTQN berawal dari MTQ tingkat Provinsi Jawa Timur yang dilaksanakan pada November 2021 di Pamekasan. "Alhamdulillah saya dan teman-teman satu tim yang berasal dari Kabupaten Banyuwangi memperoleh juara harapan 1," ungkapnya.


Dari situ, kata dia, semua yang masuk final di cabang itu ada empat grup, juara 1 sampai harapan 1 mengikuti seleksi untuk tahapan ke jenjang nasional. "Alhamdulillah kuasa Allah saya terpilih dalam satu grup yang digabung nilai tertingginya dari masing-masing materi," tutur Rizqi.


"Jadi, saya kan cabang Fahmil Qur’an atau Cerdas Cermat Al-Qur’an yang digabung dari nilai tertinggi. Akhirnya saya sudah tidak bareng sama teman-teman dari Banyuwangi lagi. Saya digabung dengan juara 2. Nah, dua teman tim saya ini dari Jombang semua. Tapi, dari pesantren berbeda-beda," sambungnya.


Mahasiswi Ma'had Aly Darussalam Blok Agung Tegalsari, Banyuwangi, ini mengatakan, dua teman baru dalam satu timnas dari kafilah Jawa Timur itu adalah Nisfatin Aulia (Pesantren Walisongo, Cukir, Jombang) dan Fika Suni Salsabila (Pesantren Al-Munawaroh, Jombang).


"Berawal dari itu, mulai Maret 2022 Provinsi Jawa Timur telah melakukan pembinaan secara kolektif dan bertahap. Setiap bulan digelar pembinaan dua kali. Adapun tempatnya berbeda-beda. Yakni, di Malang dan Surabaya," kata Rizqi.


Mahasiswi semester 3 ini merasakan agak kerepotan lantaran timnya berasal dari pesantren yang berbeda. Ia pun kesulitan saat mau belajar karena tidak selalu bersama.


"Bisanya ketemu dalam sebulan hanya dua kali saat pembinanan kolektif. Jadi, agak sulit juga. Tapi alhamdulillah karena kekompakan dan kesolidan, kami meraih juara 1 MTQ Nasional tahun ini," ujarnya seraya bersyukur.


Saat ditanya bagaimana kiat dan trik timnya bisa menyamakan persepsi sehingga bisa kompak dan solid, juru bicara tim Cerdas Cermat Al-Qur’an ini mengatakan bahwa mereka bertiga saling memahami satu sama lain dan menghilangkan rasa egois. 


Pelajari beberapa referensi
Dihubungi terpisah, Nisfatin Aulia (18 tahun) yang duduk satu tim dengan Rizqi mengatakan sangat bersyukur bisa lolos jadi peserta Cerdas Cermat Al-Qur’an MTQ Nasional.


"Setelah menjalani banyak pembinaan, banyak belajar dari berbagai referensi, dibina oleh para pembina yang sangat sabar dan telaten, dan tak lupa di samping ikhtiar dengan belajar kami juga berdoa dan berserah diri kepada Allah untuk kesuksesan ini," ungkapnya.


Saat ditanya apa saja yang dipersiapkan untuk tembus hingga level nasional, ia mengatakan bahwa persiapan menuju MTQN adalah harus banyak belajar dari berbagai referensi. Contoh, bank soal pada gelaran MTQ tahun-tahun sebelumnya.


"Kami satu grup mempelajari buku diktat MFQ dari tahun 2006 sampai 2020 di MTQ padang. Selain itu, kami selalu minta doa dan ridla orang tua dan para guru. Terpenting, tetap menjaga hati agar selalu tawadlu. Itu pesan yang selalu disampaikan oleh pembina kami," ungkap Nisfatin, sapaan akrabnya.


Gadis asal Sumenep Pulau Madura ini sekarang masih duduk di bangku dari Pesantren Putri Walisongo Cukir, Jombang. Selain mondok, ia juga menjalani pendidikan perkuliahan di Universitas Hasyim Asy’ari Tebuireng, Jombang.


"Alhamdulillaah senang sekali. Sebelumnya belum pernah berfikiran bisa ikut MTQ Nasional. Tapi qadarullah juga berkat doa dari banyak pihak, saya bisa mengikuti MTQ tingkat Nasional dan memberikan hasil terbaik untuk Jawa Timur," tutur mahasiswi semester 1 Prodi Pendidikan Bahasa Arab ini.


Untuk generasi santri selanjutnya, ia berpesan agar meneruskan perjuangan dalam mensyiarkan kalam Allah melalui MTQ. Santri di mana pun berada harus semangat belajar. "Karena di zaman sekarang ini kita harus bisa bersaing dengan kemajuan teknologi yang sangat pesat, harus seimbang antara urusan dunia dan akhirat," tegasnya.


Faktor keberuntungan
Sementara itu, Fika Suni Salsabila dari Pesantren al-Munawaroh Jombang mengatakan bahwa setiap perlombaan itu ada faktor x, apalagi cabang MFQ. "Karena semua peserta juga sama-sama belajar, tinggal keberuntungan yang menentukan," ujarnya.


Saat ditanya tentang soal-soal pada Cerdas Cermat Al-Qur’an, gadis yang baru lulus Aliyah ini mengaku ada yang mudah dan ada pula yang susah. Terpenting fokus pada pertanyaan dan mengetahui dasar-dasar Al-Qur’an.


"Fifty-fifty lah. Kalau paham ayatnya, insyaallah bisa menarasikan sendiri. Seperti soal kisah, terjemah, bahasa Inggris, bahasa Arab, dan lain-lain. Kalau qira'at-nya memang harus ada dasar keahlian," ungkap Fika, panggilan akrabnya.


Santriwati yang masih mengabdi di Pesantren al-Munawaroh ini berharap MTQ ke depan makin sukses. "Semoga ini jadi motivasi untuk para santri untuk menyebarkan ilmunya di manapun mereka berada," pungkasnya.


Pewarta: Musthofa Asrori
Editor: Kendi Setiawan