Nasional

Kolaborasi Tiga Dalang Meriahkan Rakornas Lesbumi

Kam, 4 Juli 2019 | 23:00 WIB

Pasuruan, NU Online
Seratus raja yang dikumpulkan untuk dipenggal kepalanya dan dijadikan tumbal sebagai syarat pengakuan atas sebuah gelar maha raja gagal dilakukan. Joyo Sundro harus menelan pil pahit atas kekalahannya dari Punto Dewo.

Lakon Sesaji Raja Soya dipilih secara langsung oleh Ki Ardhi selaku dalang dan ketua pelaksana Rapat Koordinasi Nasional atau Rakornas Lembaga Seni Budaya Muslimin Indonesia Nahdlatul Ulama atau Lesbumi NU. Kegiatan berlangsung di Taman Candra Wilwatikta, Pasuruan, Jawa Timur, Kamis (4/7).

"Sesaji Raja Soya merupakan proses upacara peresmian raja (abisaka) Raja Puntadewa. Sesaji Raja Soya sendiri dalam pelaksanaannya membutuhkan persaksian dari seratus raja. Yang akhirnya didapatkan dari 97 raja tawanan Joyo Sundro untuk upacara bairawa yang akan dijadikan pengorbanan,” ujar Ki Ardhi.

Usai melakukan diskusi panjang berkaitan dengan peneguhan Islam Nusantara di era milenial, peserta Rakornas 3 Lesbumi NU disuguhi pertunjukan wayang yang apik. Tiga dalang binaan Lesbumi NU berkolaborasi memainkan lakon Sesaji Raja Soya.

Ki Ardhi Purboantono dari Malang, Ki M Andri dari Trenggalek, dan  Aldewa Riskanadi dari Blitar. Aldewa Riskanadi menjadi dalang termuda dalam pagelaran wayang kulit ini. Ia merupakan dalang muda berusia 19 tahun.

Wayang merupakan budaya bangsa yang diwariskan oleh leluhur yang tidak hanya menyajikan hiburan bagi masyarakat. Akan tetapi juga membabar pesan nilai-nilai luhur kehidupan di dalamnya.

Selain mengangkat lakon Sesaji Raja Soya sebagai lakon pagelaran wayang malam ini. Aldewa menyatakan dalam agenda Rakornas 3 Lesbumi ini merupakan kesempatan baginya untuk berkolaborasi dengan dalang-dalang profesional. Selain kesempatan berkolaborasi, ternyata momentum Rakornas juga dimanfaatkan olehnya untuk sharing dengan banyak pelaku seni budaya yang datang dari berbagai penjuru Nusantara.

Uniknya, Aldewa sendiri mengaku sempat mendapat larangan dari keluarga untuk mengabdikan diri di jalan kesenian. "Mereka khawatir kalau terjun di jalan seniman, karena ujian sebagai seniman sangat berat, utamanya menjaga keutuhan keluarga." kenangnya.

Pasalnya, aktifitas kesenian yang menuntut mobilitas tinggi dan pengabdian tulus banyak membuat orang yang tak kuat hidup bersamanya.

"Bukan soal finansial, tapi banyak orang-orang di sekitar seniman yang tak kuat megabdikan diri di jalan itu," tambahnya.

Tak jauh beda dengan Aldewa  Riskanadi, bagi Ki Andri momentum Rakornas ini sangat banyak manfaat yang bisa diambil, "Selain di dalam forum dapat materi, di luar forum kita dapat saling bertukar cerita dengan pengurus Lesbumi dari banyak daerah di Indonesia," ungkap dalang yang juga piawai membuat wayang itu.

Ia mengakui bahwa penggalian dan penyelaman baik secara kesejarahan dan maupun keilmuan banyak ia lakukan dengan sahabat-sahabatnya di Lesbumi. Mereka tak mau hanya sekedar memainkan wayang namun juga menggali dan menginternalisasi nilai-nilai adi luhung yang dikandungnya. (Imam Kusnin Ahmad/Ibnu Nawawi)